[Review] Good Fight by Christian Simamora

Cover novel Good Fight (cover lama)

Judul: Good Fight
Penulis: Christian Simamora
Penerbit: GagasMedia
Editor: Gita Romadhona
Proofreader: Windy Ariestanty
Desainer isi: Wahyu Suwarni
Desain sampul: Jeffri Fernando
Cetakan: Pertama (2012)
Tebal: 514 Halaman
ISBN: 978-979-780-545-6
Genre: Contemporary Romance

BLURB

Dia tak benar-benar mencintaimu, kau dan aku sama-sama tahu itu. Dibawakannya kau bunga, tetapi bukan kesukaanmu. Digenggamnya jemarimu, tetapi tidak cukup mesra. Dia mencium bibir indahmu, lalu cepat-cepat menyudahinya.

Puaskah kau dengan cinta seperti itu? Sampai kapan kau terus duduk di situ, menunggu dia berbalik menginginimu?

Berhentilah mengabaikanku. Tak bisakah kau memberiku kesempatan juga? Lirik aku sebentar saja. Dengarkan aku sebentar saja. Biar aku buat kau percaya, hanya aku yang bisa membuatmu bahagia.

Hanya aku—bukan dia.

REVIEW

“Damn, nggak nyangka, ternyata milih bra jauh lebih sulit ketimbang nentuin jurusan incaran pas UMPTN dulu.” — Tere (halaman 1)

Diawali adegan adu mulut dari 3 cungur akibat Tere yang sedang galau mau beli bra yang oh-so-yummy tapi dilarang sama Lisa—sahabat Tere sekaligus teman sekantor—demi menyelamatkan sisa saldo Tere yang ludes dipake belanja. Ditambah ada seonggok manusia yummy pula—namanya Jethro Liem, biasa disapa Jet—yang malah ikutan nimbrung nyela percakapan Tere & Lisa, eh justru merusak mood Tere.

“Dan, nggak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan cewek yang mengira bisa memikat cowok dengan bra baru.” — Jet (halaman 4)

Tere dan Jet masih rekan sekantor di Tiara Group. Tere adalah senior fashion Editor untuk majalah Mascara, sedangkan Jet bekerja sebagai fotografer di TIARA GROUP, baik untuk majalah Mascara mau pun Manner. Jet dan Tere sekantor, seproyek, sekerjaan, tapi kelakuan mereka kayak kuncing dan anjing, kayak Tom and Jerry, kayak magnet sesama kutub: berantem mulu. Jadi ngerti deh kenapa nih buku dikasih judul Good Fight. 😀

Bagi Tere, Jet itu nggak lebih dari seonggok manusia berfisik yummy tapi nyebelinnya minta ampun. Sampai-sampai Tere punya panggilan ‘Suh atau Musuh buat Jet. Tapi, dasar Jet ini memang usil orangnya. Dia suka merhatiin Tere kalau lagi kerja yang bener-bener lupa sama keadaan sekitar sampe dia sendiri nggak sadar kalau sedang diperhatikan. Dia suka dengan wanita yang totalitas dan larut dalama kerjaannya, kayak Tere ini. Bagi Jet, Tere itu makin imut dan menggemaskan kalau sedang marah, makanya dia suka banget ngegodain dan bikin Tere kesal setengah mampus.

“Jethro Liem memang terlihat paling oke dibandingkan fotografer lain yang dipekerjakan kantor ini. Rambut ikalnya selalu dibiarkan berantakan (seksi menurut sebagain orang, nggak sisiran menurut Tere), sepasang mata tajam yang dibingkai bulu mata panjang (Tere paling suka cowok berbulu mata panjang—suka ngeliat doang, maksudnya), rahang persegi, dan leher yang kokoh.”  — (halaman 26)

Berbeda dengan Tere, teman-teman sekantornya malah banyak yang ‘melirik’ Jet sebagai cowok yummy dan pantas jadi gandengan. Bahkan seorang model yang direkrut Mascara jelas-jelas menyatakan (plus menunjukkan) ketertarikannya tentang Jet dan memberi label ‘lucu’ pada cowok itu. Cewek-cewek yang naksir Jet itu dianggap Tere sebagai para perempuan yang matanya lagi rusak katarak, bisa-bisanya mereka suka sama cowok yang semenyebalkan itu. Saking bencinya, kayaknya Tere pun nggak rela kalo sampe ada di tujuh turunannya berjodoh sama keturunannya Jet. Jijik banget deh pokoknya.

“Lo tahu kan, benci itu sewaktu-waktu bisa berubah jadi benar-benar cinta.” — Lisa (halaman 44)

Well, aku angkat topi untuk konflik yang dibuat oleh Bang Ino di buku ini. Very complicated, wajar aja kalau jadinya sampe 500+ halaman. Hehe.

By the way, Tere dan Jet punya nasib yang sama dalam hal percintaan. Tere resmi menyandang status ‘wanita idaman lain’ setelah Indra—pacarnya—nggak bisa membantah keinginan orangtuanya untuk menjodohkannya dengan Ata—yang katanya keturunan Putri Solo—karena orangtua Indra nggak setuju dengan hubungan Indra dan Tere, lalu Indra pasrah saja bertunangan dengan Ata sementara ia dan Tere tetep jalan tapi backstreet kayak ABG labil. Indra berjanji secepatnya akan meyakinkan orangtuanya supaya mau menerima Tere tapi sudah dua bulan lebih Tere menunggu jadi selingkuhan masih juga tidak ada kabar baik dari Indra.

“Orang seperti Anda selalu menghindari berkonflik dengan keluarga. Anda memilih untuk menutup mulut rapat-rapat dan membiarkan diri Anda dikendalikan mereka sepenuhnya. Anda nggak lebih dari sekedar pengecut kecil yang berusaha jadi si pemberani di hadapan orang-orang yang memuja Anda—seperti Tere. Tapi, di luar itu, you’re nothing.” — Jet (halaman 198)

Sedangkan Jet bisa dibilang berlabel ‘lelaki simpanan tante-tante’. Suatu hari ia bertemu dengan Nadine Sasongko—anak dari pemilik perusahaan Sasongko Living yang sekarang dikelolanya sendiri selepas ayahnya pensiun—untuk sebuah pemotretan produknya di mana Jet yang ditugaskan oleh studio tempat ia bekerja. Jet tidak menyangka kalau Nadine Sasongko masih semuda itu. Dia kira sudah tua seumuran ibunya, tetapi ternyata umur mereka sendiri tidak terpaut jauh. Nadine wanita yang sangat cantik dan menggoda. Jet tertarik pada wanita ini tetapi ternyata tanpa diduganya Nadine lebih agresif blak-blakan menyatakan kalau dia juga tertarik pada Jet. Lalu di mana masalahnya? Setelah mereka berdua make out, ternyata Nadine sudah bersuami. Suaminya sedang sakit kanker otak dan dirawat intensif di sebuah rumah sakit di Singapura. Karena Jet dan Nadine sama-sama tertarik dan sama-sama merasa kesepian, mereka sepakat menjalani hubungan gelap itu. Bahkan Nadine menyewakan sebuah apartemen untuk Jet yang sebelumnya hanya tinggal di sebuah kos sempit.

“Gosh, pada nggak capek apa pacaran dengan ekstra drama kayak gitu? Memangnya pacaran model sederhana—she’s single, you’re single… then, bam! Let’s get together—yang kayak gitu dah out of fashion ya?” — Fernanda Basuki (halaman 183)

Meski Tere dan Jet suka banget berantem tiap hari, tapi untuk urusan yang ini ternyata mereka jadi bisa respect satu sama lain. Awalnya rahasia tentang ‘orang simpanan’ ini hanya diketahui oleh Tere dan Jet saja. Apalagi awalnya Tere terlalu malu untuk mengakui ini di hadapan teman-teman baiknya di kantor seperti Lisa, Sesa, dan Rian. Merka juga nggak mau kalau sampai hal ini bocor sekantor dan jadi bahan gosipan karyawan lain. Tapi, lama-lama jadi nyebar juga.

“Being another woman is never an option. Serius. Bukannya gue mau mojokin lo atau gimana, tapi sepanjang pengalaman gue, selalu si perempuan lain yang ujung-ujungnya menderita. Bahkan ketika akhirnya bener-bener ngedapetin cowok itu, tetep aja dia waswas.” — Lisa (halaman 369)

Tanpa dikasih tahu pun pasti udah bisa nebak dong kalau couple utama di sini adalah Tere dan Jet. Dengan racikan bumbu skinship, adegan buka baju, body sexy, dan skenario kejebak di lift dengan situasi yang tralala trilili, you know what’s next lah ya. Tapi, menyatukan dua insan ini bukan perkara mudah. Masing-masing punya urusan yang belum kelar. Ketika yang satu sudah berhasil mencapai kata ‘game over‘ di permainannya sendiri, ternyata yang satunya masih harus berkutat dengan kebohongan. Hingga akhirnya satu di antaranya akan terluka dan kecewa.

“And, ugh, falling in love sucks. Lo nggak pernah tahu orang yang lo cintai bakal tulus membalas perasaan lo atau malah memanipulasi keadaan dan perasaan lo.” — Tere (halaman 373)

Damn, I like it! Berhubung Marry Now, Sorry Later sudah kubaca duluan sebelum GF ini, maka GF ini jadi cerita #jboyfriend kedua yang paling aku suka setelah MNSL. Renyah banget, beberapa twist menghiasi isi cerita sehingga pembaca dibuat kaget dan nggak mau berhenti baca. Somehow, aku salut sama karakter dan peran Nanda yang ternyata dia di sini nggak useless meski job-nya sebagai model cewek cantik nan modis. I should thanks to her.

“Saat memutuskan buat jatuh cinta, lo juga membuka kemungkinan cinta kelak akan berbalik nyakitin lo….” — Sesa (halaman 373)

Pengkarakteran tokoh-tokohnya kuat banget. Misalnya aja ada Indra, Nadine, Lisa, Sesa, dan Rian. Terkadang pemeran pendukung seperti Ida atau Dani juga langsung bisa ketebak perwatakannya hanya dengan membaca dari cara mereka berdialog ke orang lain. Hal yang aku suka dari novel-novel Bang Ino adalah selalu pakai sudut pandang orang ketiga sehingga eksplor keadaan sekitar dan penggambaran perasaan dari masing-masing tokoh bisa tersampaikan secara apik.

“Orang-orang yang memutuskan menjadi orang ketiga nggak melulu adalah korban. Bisa jadi dia melakukan itu justru karena mau enaknya aja, nggak pengin merasakan susahnya menjalin komitmen. Dengan menjadi orang ketiga, orang itu otomatis seperti punya kartu as: kapan pun dia mau, dia bisa keluar dari hubungan itu.” — Sesa (halaman (379)

“Aku tahu apa yang dipikirin cewek-cewek seumuranku sekarang. Mereka nyari cowok yang bisa diandalkan secara finansial dan—yah, kayak gini—punya modal kawin, kayak mobil, rumah, dan lain-lain.” — Tere (halaman 413)

Novel ini progress-nya bisa dibilang agak lamban. Mungkin karena setelah mencapai klimaks di konfliknya itu tidak serta merta dengan mudah mau menyelesaikannya begitu saja. Dengan keruwetan yang ada, harus dibikin jalan berliku dulu demi mempertemukan dua tokoh utamanya supaya kembali bersatu. Meski begitu, alurnya dibuat rapi sekali dan sejauh ini aku nggak merasakan ada kejanggalan apa pun dari suguhan kisah Tere dan Jet.

“Orang patah hati punya kecenderungan jadi kebal sama cinta dan malah ends up lebih nyaman berlama-lama hidup sendiri ketimbang mempertaruhkan perasaannya lagi demi cinta yang baru.” — (halaman 416)

Khasnya Bang Ino juga nih, kalau bikin novel pasti nggak jauh-jauh dari peran sahabat setia yang selalu menemani salah satu tokoh utama. Dalam hal ini ada Lisa, Sesa, dan Rian yang lengket banget sama Tere baik di kantor mau pun di luar kerjaan. Aku suka sama mereka bertiga karena di sini mereka punya banyak peran besar yang mempengaruhi hubungan Jet dan Tere, entah itu memperbaik atau justru memperburuk hubungan keduanya. Seru karena jadi menambah dinamika emosi saat baca novel ini.

“As you know, kebanyakan pacaran CLBK itu kejadiannya karena heat of the moment. Karena sama-sama kangen lah. Karena terkenang-kenang masa-masa indah dulu lah. Setelah rasa itu ilang, ujung-ujungnya putus juga.” — Lisa (halaman 423-424)

Jujur, aku kasihan sama sosok Jet. Kenapa ya, di mataku dia ini semacam lelaki yang tak berdosa meski jelas-jelas jadi simpanan istri orang? Mungkin karena kondisi dia di sini yang paling miris karena perlakuan yang dia dapatkan. Sempat terbawa emosi juga waktu bagian ini berlangsung, waktu Jet lagi terpuruk-terpuruknya ya aku ikutan sedih deh. 😦 Kalau aja nggak ada drama sebagai ‘simpenan tante-tante’ aja, Jet ini jadi sosok yang sempurna, but thanks to this case sehingga Jet nggak jadi lelaki yang too good to be true. Impossible banget yeee kayaknya. 😀

“… being desperate in love isn’t sexy at all.” — Rian (halaman 472)

Konten di novel ini memang dewasa, tapi penjabarannya nggak seeksplisit (misalnya) seperti yang ada di novel Come On Over (CO2) atau Marry Now, Sorry Later. Di sini isinya lebih aman, kalau ada anak ABG yang nggak sengaja beli dan baca kayaknya nggak parah-parah banget deh ngefeknya. Hehehe. Mungkin karena novel ini terbit lebih dahulu dari dua novel itu ya, jadinya di novel selanjutnya (setelah novel ini) Bang Ino bereksplorasi lebih liar lagi. XD

“Nggak ada yang lebih nyakitin daripada terpaksa ngelepasin orang yang lo cintai sepenuh hati.” — Jet (halaman 473)

“Once you hurt her, you pay it with her trust.” — (halaman 474)

Berhubung yang kubaca ini cetakan lama— pertama pula—hasil pinjeman dari temannya temanku, masih didapati beberapa kesalahan pengetikan. Ada beberapa kalimat juga yang aku nggak ngerti maksudnya. Tapi, karena udah ada versi terbarunya dengan cover yang lebih yummy juga, kayaknya nggak perlu lah ya aku cantumin apa aja kesalahannya. Mungkin udah pada diperbaiki di versi yang baru. 😉

So, overall, novel ini yummy spicy crispy delicious banget buatku. Yah, ibarat makanan sih ngabisin 500+ halaman rasanya puas dan kenyang mantap kayak ngelahap sebuket ayam goreng yang sebadan utuh. Nggak sia-sia gitu. Good job, Bang Ino! ❤

OVERALL RATING

★★★★★

3 thoughts on “[Review] Good Fight by Christian Simamora

  1. Penggemar Christian Simamora juga? Aku blom baca kalo Good fight sama come on over. Simpan dlu deh sinopsisnya sambil nunggu tabungan buat belanja buku lg,hihi

    Like

    • Iya aku suka banget sama karya-karyanya Bang Ino. Monggo ditabung dulu biar bisa ngelengkapin seri #jboyfriend nya ya hehe. Sejauh ini udah ada 8 buku. Yang ke-9 udah mau terbit loh. 🙂

      Like

  2. […] genre romance untuk pembaca dewasa. Seri #jboyfriend yang sudah terbit: Pillow Talk (Jo), Good Fight (Jet), With You (Jere), All You Can Eat (Jandro), Guilty Pleasure (Julien), Come On Over […]

    Like

Leave a comment