[BlogTour] 1 Perasaan 3 Logika by Yurissa Astriani | Review, Giveaway

IMG_20151126_220757 1 (2)

Judul: 1 Perasaan 3 Logika – Aku Mencintainya Tanpa Rencana
Penulis: Yurissa Astriani
Editor: Sisilia Triana Dewi
Setting: Eko Pramono
Desain Cover: Andang
Korektor: Yatmi
Cetakan: Pertama
Terbitan: Yogyakarta, 2015
Tebal: viii + 328 Halaman
ISBN: 978-979-29-5003-8
Genre: Romance, Chick Lit

BLURB

“Tiap kamu mau pergi dari sini, jangan lupa tutup pintu. Kunci yang benar. Mau diilangin kuncinya juga boleh, biar aku nggak bisa liat sosok kamu lagi. Kalau pintunya nggak dikunci dibiarin kebuka gitu aja, aku yakin kamu pasti akan keluar masuk seeneaknya. WC umum aja harus bayar kalo bolak balik. Kamu nggak perlu bayar pake uang, pake cinta aja udah cukup. Oh, yah, satu lagi. Bayar pake kepastian.”

*

Alena, gadis 24 tahun ini dilema dengan urusan logika dan perasaannya, yaitu antara mempertahankan perasaannya pada atasannya di kantor yang bernama Ganesa atau mengesampingkan perasaannya dengan lebih melihat logika karena Ganesa sudah bertunangan. Masalah semakin rumit ketika Made, mantan pacar Alena, kembali muncul dan ingin menikah dengannya. Lalu, ada Dion cowok nyeleneh yang ternyata memendam cinta pada Alena. Ketika Ganesa menghilang secara tiba-tiba di kantor, Alena semakin dihadapkan pada pilihan yang sulit karena ia punya misi menguak kecurangan yang ada di kantornya. Apakah Alena berhasil mengesampingkan perasaannya? Siapakah yang memenangkan kompetisi di hidup Alena, logika atau perasaannya? Yuk ikuti rumitnya kisah cinta Alena dalam novel ini.

REVIEW

Alena, wanita asal Bandung namun merantau ke Jakarta untuk bekerja di salah satu perusahaan ikan teri kering dan baru saja naik jabatan Quality Control Product. Alena sudah bekerja di kantor tersebut selama 2 tahun. Lalu di kantor mereka tiba-tiba kedatangan Ganesa–anaknya Pak Oscar, pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Ganesa langsung menjabat sebagai supervisor di sana.

Secara dadakan, Ganesa meminta Alena menjadi sekretarisnya, sedangkan jabatan lama Alena dihibahkan kepada Dion–salah satu junior supervisor di kantornya–yang sangat menyebalkan itu. Alena tidak gila uang atau jabatan meski menjadi sekretaris Ganesa itu gajinya lebih besar daripada jabatan Quality Control Product. Dia hanya heran mengapa dia yang dipilih?  Bagi Alena, Ganesa adalah lelaki yang dingin dan bossy sehingga membuatnya jengah. Ternyata maksud Ganesa untuk merekrut Alena adalah karena ingin meminta bantuan Alena untuk menyelidiki kecurangan yang terjadi di perusahaan tersebut. Hal ini membuat Alena harus terus berdekatan dengan Ganesa dan sering digosipkan yang macam-macam oleh karyawan lain.

Awalnya Alena tidak menyukai Ganesa, tapi makin lama sikap dan ucapan Ganesa mulai berubah jadi lebih manis seiring mereka sering bersama. Pada suatu ketika Alena tahu kalau ternyata Ganesa sudah punya tunangan. Malika, seorang model yang cantik bak malaikat dan blasteran Jerman.

Di kantor itu, Alena punya 2 sahabat dekat, yaitu Tania dan Uday. Sementara di luar kantor, besties Alena adalah Diana si primadona dan Denise si gay. Beruntung sekali Alena punya sahabat-sahabat seperti mereka yang sangat peduli dan setia kawan.

Hidup Alena kembali jumpalitan setelah mendengar kabar Made–mantan pacarnya yang saat itu masih ia cintai dan masih sering digalauin–akan menikah dengan wanita Bali. Semua makin runyam saat Made mendadak datang ke Jakarta menemui Alena karena Made berhasil mendapatkan info di mana keberadaan Alena hasil dari ‘menodong’ Nona–kakak Alena. Made ingin menetap dan buka bisnis di Jakarta. Demi Alena, Made nekat bicara pada keluargnya dan membatalkan pernikahannya dengan wanita Bali itu. Made meminta Alena untuk kembali padanya. Tapi, bagaimana dengan perasaan Alena sendiri? Masihkah ia mencintai Made?

Kejutan yang Alena terima tidak hanya sampai di situ. Tanpa ia duga si Dion yang selama ini jadi orang paling usil dan genggeus di hidupnya tiba-tiba menyatakan cinta secara tulus padanya dan sikapnya berubah jadi makin ramah, tidak seperti dulu yang kepo abis. Untuk urusan kantor, Alena dapat perlakuan lebih parah lagi. Alena di-bully dan difitnah oleh oknum tertentu yang membencinya. Sanggupkah Alena menghadapi semua kerumitan hidupnya, baik soal percintaan dan karirnya?

***

IMG_20151126_172814

Cerita di novel ini dikemas dengan penuturan yang lincah dan menghibur. Gaya bahasanya mengingatkan saya pada penulis-penulis kesukaan saya di lini Metropop. Saya sempat penasaran siapa penulis favorit Mbak Icha, atau banyak dapat influence kepenulisan dari mana, karena biasanya kita menulis dari apa yang sering kita baca.

Nuansa chick-lit sangat kental terasa karena kisah di sini merupakan potret hidup wanita karir di kota besar seperti Jakarta. Buat yang kangen sama Metropop, novel ini nyerempet-nyerempet juga lah. 😀 Novel ini menggunakan POV 1 dari sudut pandang Alena–si tokoh utama. Keunggulan pemakaian POV 1 yaitu si penulis dapat mengeksplor lebih jauh mengenai keunikan karakter dan dapat menyisipkan celetukan-celetukan nyinyir atau komedi seperti yang ia tumpahkan pada tokoh Alena. Karakter tiap tokoh di novel ini menurutku sudah ditanamkan dengan baik.

Hal lain yang aku suka dari novel ini adalah pengkombinasian antara urusan kerjaan dan urusan hati. Dua hal ini berjalan beriringan. Menumbuhkan cinta dan chemistry di sela-sela rutinitas kerja sehingga tidak melulu fokus ke masalah cinta-cintaannya saja atau sumon-nya saja (sumon = susah move on).

Kejadian di kantor dan perlakuan orang-orang, yang sengaja ingin menjatuhkan Alena, sukses membuat emosi saya ikutan naik. Sama kesalnya seperti saat saya sedang menonton sebuah sinetron yang punya tokoh antagonis super nyebelin.

Progress ceritanya cenderung lambat karena si penulis tidak hanya fokus pada tokoh Alena. Sedikit/banyak background Diana, Denise, Made, dan Ganesa juga ikut dikulik di sini. Mungkin ini salah satu faktor mengapa bukunya tembus 300+ halaman. 😀

Di novel ini masih banyak sekali typo-nya. Mulai dari salah huruf, kurang huruf, kelebihan huruf, hurufnya kebulak-balik, kurang kata, kelebihan kata, dan lain-lain. Sayangnya saya lupa catat itu ada di halaman berapa saja. Kalau nanti mau cetak ulang (aamiin) semoga kekurangan-kekurangan ini dapat diperbaiki.

Sayangnya, ending di novel ini tidak sesuai harapan saya. Yah, itu sih masalah selera, ya. Tapi, ini sangat di luar perkiraan saya. Mungkin apa yang sempat popped-up di kepala kalian sama dengan yang ada di pikiran saya saat membaca ini. Tidak perlu saya sebutkan bagaimana ending-nya, nanti malah jadi spoiler, ah. Baca sendiri saja, ya. 😛 Tapi, saya paling bingung di halaman 321, di situ Alena ngomong sama siapa, ya? Tidak disebutkan pada siapa subyeknya. Atau sayanya aja yang nggak mudeng? O_o

Sejak awal, novel ini pakai POV 1. Saya kira 100% pakai POV 1 saja. Namun, di tengah-tengah hingga ke akhir saya mendapat kejutan karena menemukan bagian yang menggunakan POV 3. Oh, tidak hanya ada 1, melainkan ada 7:

  1. Halaman 191, menceritakan tentang obrolan Denise dan Ganes via telepon tentang Alena.
  2. Halaman 214, lagi-lagi bagian percakapan Denise dan Ganes yang sedang membicarakan Alena.
  3. Halaman 270, menjelaskan interaksi antara Ganesa dan Pak Oscar soal rencana pernikahan Ganes dengan Malika.
  4. Halaman 275, Paragraf terakhir tiba-tiba langsung berganti ke POV 3, padahal sebelumnya sedang fokus pada curhatan hati Alena. terlebih itu tanpa ada tanda pemisah misalnya tanda bintang 3 (***) bila ingin ganti POV.
  5. Halaman 291, “Sebenarnya Ganesa ingin sekali menambahkan kalimat …” satu paragraf ini diksinya beda sendiri, berada di tengah POV 1.
  6. Halaman 304, “Dion memandangi punggung Alena yang sudah beranjak menjauh …” satu paragraf ini juga nyempil sendiri di tengah POV 1.
  7. Halaman 316, di sini juga tiba-tiba pindah ke POV 3 yang menjelaskan interaksi antara Made, Nona, dan Diana.

Sepengetahuanku, biasanya penggunaan 1 POV itu fokus dalam 1 BAB. Apabila memang menggunakan lebih dari 1 POV, porsinya nggak setanggung yang di atas itu, dan ada porsi atau BAB sendiri. Yang sangat disayangkan adalah penyempilan POV 3 tanpa tanda pemisah dan cuma sepanjang 1 paragraf berada di tengah POV 1. Kalau buat saya pribadi, tidak begitu masalah, saya masih bisa menikmati keseluruhan jalan ceritanya. Hanya saja hal tersebut sempat membuat bingung dan kaget karena diksi dan narasinya tiba-tiba berubah. Hal ini membuat tulisannya jadi tidak konsisten untuk stick to POV 1. Lagipula, beberapa bagian POV 3 itu ada yang tidak bisa dihilangkan karena akan meninggalkan kekosongan di ceritanya. Akan ada banyak pertanyaan yang timbul nantinya.

Saya juga menyayangkan tokoh Malika yang cuma numpang lewat. Sayang, lho, tokoh secantik dan semodis Malika disia-siakan saja perannya di sini. Andai saja dia bisa menjadi rival nyata untuk seorang Alena, misalnya dia tidak suka jika Ganesa dekat-dekat dengan Alena sehingga ia memanas-manasi Alena dengan bersikap mesra pada Ganesa di depan Alena.

Baca novel ini rasanya campur aduk. Gemas dengan kegalauan yang Alena alami, kasihan dengan pelakuan buruk yang dia terima, emosi sama musuh-musuh Alena di kantor, sebal dengan ke-keukeuh-an Made meminta Alena kembali, bingung dengan kode-kode samar yang dilontarkan Ganesa pada Alena, dan geregetan karena perpindahan POV-nya yang secara tiba-tiba itu. 😀

Nah, sekarang saya mau sebar-sebar quotes nih. Ada lumayan banyak juga, lho. Ini akan jadi bahan utama untuk kalian yang akan mengikuti giveaway-nya nanti. Simak, ya. 😉

Aku hanya perasaan yang sehalus kapas. Ibarat sekuntum bunga, aku adalah bunga mawar cantik yang akan terluka oleh duri yang ada di tubuhku. Jadi tolong jangan selalu mengesampingkan aku dalam hidupmu. Tidakkah kamu tahu bahwa cinta itu adalah penolong umat manusia? — hlm. 1

Saat mencintai, harus ada rem dan lampu tanda harus berhenti. Toh, manusia tidak mau, kan, memberikan cintanya pada orang yang salah? Walaupun kenyataannya, banyak kasus salah memilih pasangan karena sisi perasaan yang terlalu dominan dan mereka terlalu mengesampingkan logika. — hlm. 3

Saat merasa dijahati, ingatlah bahwa kita juga pernah menjahati. Ini hanya masalah hukum alam. — hlm. 21

Buka mata lebar-lebar. Untuk melihat dan menilai hal sekecil apa pun. Karena ada banyak yang tersembunyi di dunia ini. Dan kau yang harus menemukannya. — hlm. 37

Kamu nggak perlu munafik. Hidup di Jakarta itu nggak mudah dan kamu harus mengakui bahwa kamu juga butuh gaya hidup. — hlm. 38

Aku berusaha menyulam perasaanku menjadi sedatar mungkin karena kupikir bisa menyembuhkan kebutaanku akan cinta bertahun-tahun yang lalu. — hlm. 48

Aku tak mau bermain-main ke masa lalu. Khawatir lupa jalan pulang. — hlm. 51

Terbang ke masa lalu memang seperti membongkar lagi sulaman baju yang robek sampai benangnya putus semua. Semua itu lebih menyakitkan daripada saat menyulam luka itu sendiri untuk sembuh. — hlm. 51

Gue bukan cewek yang betah lama-lama di salon. Gue juga nggak tega membiarkan rambut gue diacak-acak orang, bahkan memasukkan kepala gue ke dalam helm panas. Gue, ya, gue. Cantik atau nggak, itu penilaian orang lain. — hlm. 57

Kita belajar untuk tahu, kita mengais ilmu untuk bisa mengamalkan. — hlm. 58

Perpisahan itu bagai gelombang maha dahsyat yang sulit untuk kulawan. Setelah menangis selama berbulan-bulan, aku berpikir bahwa aku juga tak mau melawan Tuhan, menyalahkan Dia atas musibah yang menimpaku. Aku bukan siapa-siapa. Aku tak punya kuasa untuk melanggar peraturan yang Tuhan buat. — hlm. 65

Mungkin cinta itu memang masih ada, walaupun hanya berupa endapan yang belum mencair. — hlm. 86

Tapi cari pacar, kan, nggak kayak beli kue. Tinggal pilih dan langsung bisa dimakan. — hlm. 97

Kamu nggak perlu sok simpati sama berapa banyak tangisku karena kamu nggak akan pernah bisa menghitung semuanya. — hlm. 113

Dia seharusnya tahu bahwa hati juga punya aturan tertulis, yang seringkali dilanggar oleh banyak orang yang tidak sungguh-sungguh mau singgah di hati seseorang, walaupun hanya sebuah simbol perasaan. — hlm. 114

Nggak ada yang perlu ditakutkan selama kita masih punya Tuhan, Pak. Buktinya, selama ini meski saya dihadapkan sama berbagai kesulitan, Tuhan masih selalu menolong saya. — hlm. 129

Yah, beginilah dunia kerja. Dunia yang sensitif, sarat gosip, dan penuh orang-orang bertopeng dan penjilat.  Sekarang ini susah mencari orang yang benar-benar mau bekerja, tanpa mencari muka. — hlm. 143

Cinta bukan narkoba yang bisa dijadikan ajang coba-coba. Cinta tumbuh secara natural adan alami. Kita nggak pernah tahu kapan cinta itu akan muncul. — hlm. 182

Jangan berkilah tak ada apa-apa sampai kamu merasakan sinyalir cinta yang ikut mengalir di beberapa aliran darahmu. Akuilah bahwa itu cinta, kadang tak cukup hanya dengan suara dan aksara hati. — hlm. 185

Aku nggak ngomong tentang loyalitas di sini, tapi zaman sekarang , jarang ada orang yang mau bekerja dami kantornya. Kebanyakan dari orang-orang hanya memiliki tujuan utama uang. — hlm. 190

Hidup itu jangan dibuat susah, jalani saja sesuai keinginan kita. — hlm. 232

Saya minta sama Bapak jangan mempermainkan hati perempuan. Kalau Bapak nggak bisa sepenuhnya terjun, jangan coba-coba main di pinggir kolam. — hlm 237

Aku harus menghukum diriku sendiri, untuk tidak lagi mencintai di tempat yang tidak seharusnya. — hlm. 258

Aku nggak bisa diam saja tanpa berbuat apa-apa. Ada yang harus aku lakukan untuk cintaku. Aku nggak peduli kalau kamu mikir ini gombal, bohong, ataupun yang lain. Aku tulus, Al. — hlm. 262

Jangan mencintai jika masih mencaci. Life is just a little joke. — hlm. 265

Seperti sekumpulan rusa yang sedang makan pagi, mereka menemukan dunianya sendiri. Seperti itulah aku. Menemukan duniaku di diri kamu. Aku tak akan letih mencinta. Sampai takdir yang menyuruhku berhenti. — hlm. 293

Ladang rezeki buat saya, pasti ada di mana-mana, Pak. Saya percaya Tuhan sudah menentukan tempatnya buat saya. Saya tinggal mencari saja. — hlm. 305

***

OVERALL RATING

★★★☆☆


GIVEAWAY

BT-GA 1P3L

Nah, sudah baca review dan semua quotes-nya, kan? Mbak Icha–author novel ini–sudah menyiapkan satu eksemplar novel 1 Perasaan 3 Logika untuk satu orang yang beruntung sebagai pemenang giveaway di blog ini. Mau tahu caranya? Yuk langsung simak syarat dan ketentuannya berikut ini:

  • Peserta tinggal di Indonesia atau punya alamat kirim di Indonesia.
  • Follow twitter @chayurissa dan @murniaya.
  • Follow blog ini melalui akun wordpress atau via e-mail.
  • Infokan giveaway dan link artikel ini ke media sosial punyamu di mana saja, bebas. Kalau mau mention/tag teman-teman kamu (yang bersedia di-mention/tag) juga boleh banget, biar makin ramai. Formatnya bebas. Kalau share di twitter, pakai hashtag #1Perasaan3Logika dan mention 2 akun di atas.
  • Giveaway kali ini tidak menjawab pertanyaan, melainkan ingin mengajak dan melatih kamu berkreasi dengan membuat photo quotes dari kutipan-kutipan yang sudah saya share di atas. Peserta boleh membuat satu atau lebih photo quotes. Terserah mau berapa, jumlahnya tidak dibatasi. Silakan buat semenarik mungkin, ya. 🙂
  • Upload photo quotes kreasimu di twitter dengan format: #1Perasaan3Logika @chayurissa @murniaya [link photo quotes]
  • Untuk pendataan, jangan lupa tulis di kolom komentar artikel ini dengan menyantumkan nama, username twitter, domisili, link share tweet, dan link photo quotes. Kalau kamu sudah upload semua kreasimu dan dirasa cukup, baru tulis semua datanya di sini. Supaya rapi dan thumbnail-nya langsung muncul, tulis dengan format seperti contoh berikut ini:

Aya Murning | @murniaya | Palembang

https://twitter.com/murniaya/status/xxxxxlink share

https://twitter.com/murniaya/status/xxxxxlink photo quotes

https://twitter.com/murniaya/status/xxxxxlink photo quotes

dst…

Keterangan tulisan “link …” sebelah kanan itu tidak usah ikut ditulis. Cantumkan saja link-nya. Setelah kalian klik tombol post comment, jangan panik jika kometar kamu tidak langsung muncul. Komentar kalian hanya tertunda, dimoderasi dan harus di-approve dulu untuk bisa tampil.

  • Giveaway ini berlangsung selama 7 hari saja, 14-20 Desember 2015. Pemenang akan saya umumkan, insya Allah, paling lambat tanggal 23 Desember 2015 melalui blog ini dan pemenangnya akan saya mention juga di twitter.
  • Kalau masih ada yang bingung atau kurang jelas, for fast response, silakan mention saya di twitter @murniaya.

Selamat berkreasi dan good luck! 😉 😉 😉


P.S.: Kamu juga bisa mencoba peruntunganmu di giveaway satu lagi di [Blog Tour + Review + Giveaway] Perfectly Imperfect by Alifiana Nufi. Jangan sampai dilewatkan, ya. 🙂

21 thoughts on “[BlogTour] 1 Perasaan 3 Logika by Yurissa Astriani | Review, Giveaway

  1. nama: Visca
    twitter: @Visca_Apr
    domisili: Belinyu
    link share:

    link pict:

    Like

  2. Kazuhana El Ratna

    Nama : Ratnani Latifah
    Twitter : @ratnaSinju2chi
    Domisili : Jepara
    Link Share :

    Link Pict:

    Like

  3. Nama : Riamonica
    Twitter : @Riamonic23
    Domisili : Jakarta
    Link Share :

    Link Pic :

    Like

  4. Nama: Kiki Amaliah
    Nama Twitter: @kyoungsaeng
    Domisili: Indramayu
    Link share:

    https://plus.google.com/115184809935679557487/posts/j1RxvimvfiL

    Link quotes:

    Like

  5. nama : selvi
    username twitter : @bataselvi
    domisili : Palu
    link share tweet :

    link photo quotes.

    Like

  6. […] Kamu juga bisa mencoba peruntunganmu di giveaway satu lagi di [Blog Tour + Review + Giveaway] 1 Perasaan 3 Logika by Yurissa Astriani. Jangan sampai dilewatkan, ya. […]

    Like

  7. Agatha Vonilia M | @Agatha_AVM | Jember

    Like

  8. Nama : dewi ayu
    twitter : @DewiiaeyuN
    domisil : Riau

    Link share : mobile.twitter.com/DewiiaeyuN/status/678570616581042176?p=v

    1. mobile.twitter.com/DewiiaeyuN/status/678544098165284864?p=v

    2. mobile.twitter.com/DewiiaeyuN/status/678540923869880320?p=v

    3. mobile.twitter.com/DewiiaeyuN/status/678539491682877441?p=v

    4. mobile.twitter.com/DewiiaeyuN/status/678543559251759104?p=v

    Like

Leave a reply to annisaedlws Cancel reply