[BlogTour] Review: A Place You Belong by Nicco Machi

cover-depan-a-place-you-belong

Judul: A Place You Belong
Penulis: Nicco Machi
Penerbit: Jendela O’ Publishing House
Penyunting Naskah: Deasy Serviana
Penyelaras Aksara: Refa Annisa
Perancang Sampul: eSLC Project
Penata Letak: eSLC Project
Tebal: viii + 141 Halaman
Cetakan: Pertama
Terbitan: 2016
Genre: Slice of Life

BLURB

Pustakawan itu pekerjaan mulia, kan?
Penjaga ilmu pengetahuan, pengelola jendela dunia. Garda terdepan untuk meningkatkan minat baca anak bangsa.

Tak ada yang salah dengan menjadi pustakawan. Kurang bergengsi? Penghasilan tak seberapa? Hidup bukan hanya tentang status dan uang!

Tapi….

Kehidupan pascawisuda tidak semulus teori ideal di bangku kuliah. Ada kebutuhan hidup di balik deretan buku-buku. Ada tuntutan pertemanan dalam lingkaran sosial sesama pustakawan. Dan ada ujian untuk memilih antara integritas profesi atau menyelamatkan orang yang disayangi.

Ketika berpegangan pada tali idealisme terasa semakin sulit, haruskah Helia melepasnya dan membiarkan diri terjatuh ke dalam jurang realitas?

REVIEW

Helia Nurwanda adalah seorang gadis yang dulunya saat baru akan masuk kuliah ia ngotot memilih jurusan Ilmu Perpustakaan karena kecintaannya yang besar pada dunia buku dan baca. Namun, bagi Pakde Yono—paman yang selama ini membiayai hidup keluarganya setelah ayah Helia meninggal dunia—malah sangsi dengan keputusan Helia. Pakde Yono menilai jurusan itu hanya jurusan sampingan, tidak ada gengsinya, gaji tidak seberapa, dan tidak banyak prospek kerjanya di masa depan. Tetapi Helia tetap ingin menjadi seorang pustakawan demi tujuan mulianya untuk meningkatkan minat baca anak bangsa. Helia bertekad ingin jadi pustakawan sukses agar dia dapat membalas semua utang budinya kepada Pakde Yono selama ini.

“Aku nggak pengin belajar hukum atau akuntansi, Pakde. Aku suka baca buku, aku suka perpustakaan. Aku maunya belajar itu.” — Helia (hlm. 8)

“Aku hidup bukan cuma untuk mencari uang, Pakde. Jadi pustakawan itu pekerjaan mulia. Aku pengin bisa membuat orang Indonesia lebih sering baca buku.” — Helia (hlm. 8)

“Sekarang kamu bisa bicara begini, tapi siapa yang akan tahu bagaimana kehidupanmu empat tahun lagi? Realitas itu kejam, Hel. Banyak teman Pakde—termasuk ayahmu—yang awalnya memilih hidup idealis, tapi akhirnya terpaksa menyerah juga pada tuntutan kehidupan. Dan apa kamu bilang tadi? Mulia? Bayangan muliamu itu bakal runtuh kalau kamu tahu betapa mengerikannya ambisi manusia, Hel.” — Pakde Yono (hlm. 9)

Pandangan Helia terhadap dunia perpustakaan terlalu idealis meski memang menjadi pustakawan adalah tujuan yang mulia. Tekad itu sudah bulat hingga ia bersikeras ingin jadi pustakawan melalui jurusan pilihannya. Di masa kuliahnya, Helia bertemu dengan Akhyar Mahardika. Perkenalan pertamanya dengan Akhyar berawal saat Akhyar mempermalukan Helia di depan kelas ketika Akhyar mencoba bantu menjawab pertanyaan yang diajukan Helia pada dosen.

“Yang kita pelajari di kampus ini cuma teori, Hel. Gambaran ideal. Realitanya sih jauh banget dari itu. Makanya, aku malas terlalu berkutat sama teori. Lebih baik sedini mungkin terjun ke lapangan, biar setelah lulus nanti nggak kaget sama dunia nyata.” — Akhyar (hlm. 29)

Helia adalah tipe orang selalu terpaku pada teori, sementara Akhyar lebih suka terjun langsung di lapangan untuk mengabdikan ilmu yang ia punya. Terkadang Helia merasa terintimidasi oleh pemahaman Akhyar yang bertolak belakang dengannya. Tapi, hal itu justru bukanlah penghalang bagi mereka untuk jadi sahabat baik. Meski awalnya Helia tidak yakin mereka bisa berteman, tetapi sebuah ketulusan yang Akhyar lakukan langsung membuat Helia mau membuka hati terhadap pria itu.

Kebersamaan Helia dengan Akhyar tak terhitung lagi selama mereka menjalani masa kuliah. Namun, menjelang penyusunan skripsi hubungan mereka justru merenggang karena suatu hal yang dirasakan oleh Helia terhadap Akhyar. Hubungan pertemanan mereka putus sampai di situ. Berselang berapa lama kemudian, setelah sekian lama mereka tak pernah bertemu atau saling kontak, suatu hari Helia muncul kembali di hadapan Akhyar saat lelaki itu selesai mendongeng untuk anak-anak di sebuah TK kecil di Semarang. Itu tepat setelah Helia melarikan diri dari pekerjaannya sebagai pustakawan di sebuah universitas swasta di Jakarta.

Ada apa dengan Helia? Mengapa ia menemui Akhyar lagi padahal dulu dialah yang menjauh? Masihkah ada passion-nya terhadap dunia pustaka dan menganggap pustakawan sebagai pekerjaan mulia setelah beberapa hal yang ia lewati belakangan ini?

LET’S PEEL IT…

“Makanya kita harus berjuang. Mana ada sih perjuangan yang gampang? Tapi berjuang di bidang yang kita senangi lebih enak, kan?” — Akhyar (hlm. 58)

A Place You Belong adalah juara kedua dari sayembara menulis yang diadakan oleh Jendela O’ Publishing House dengan tema #WayBackHome. Setelah beberapa waktu yang lalu saya sudah meresensi ‘kakak’-nya APYB yaitu sang juara pertama Satu Mata Panah pada Kompas yang Buta di blog ini, saya tetap excited untuk membaca dan mengupas APYB karena novel ini mengangkat tema yang jarang diadopsi oleh kebanyakan penulis.

Novel ini memang mengangkat tema tentang seorang pustakawan melalui tokoh Helia. Tetapi di sini penulis tidak hanya terpaku pada dunia perpustakaan saja. Penulis mengembangkan cerita dan mencoba menjelaskan bahwa Ilmu Perpustakaan itu tidak sesempit hanya dengan menjadi seorang pustakawan. Ada banyak hal lain yang bisa diterapkan dari ilmu pustaka yang dipunya lalu disesuaikan dengan passion masing-masing orang.

“Dari dulu aku selalu percaya ada banyak cara mengabdi di bidang Ilmu Perpustakaan tanpa harus menjadi pustakawan.” — Akhyar (hlm. 57)

Saya suka tentang adanya sebuah organisasi sederhana yang diciptakan si penulis di buku ini. Organisasi ini bernama Satriacarita yaitu tempat para pejuang cerita yang dibentuk sebagai wadahnya orang-orang yang peduli terhadap perkembangan anak-anak di Indonesia agar tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif akibat globalisasi dengan cara mendongengkan kisah-kisah menarik dan seru kepada anak-anak tersebut.

“Satriacarita terbentuk karena adanya orang dewasa yang khawatir pada anak-anak zaman sekarang, khususnya anak-anak usia dini. Globalisasi telah mencekoki mereka dengan asupan-asupan yang tidak tepat, kartun penuh kekerasan, lagu cinta-cintaan, sinetron yang tidak mendidik. Belum lagi perkembangan teknologi yang begitu pesat.” — Mas Jan (hlm. 24)

Sejujurnya saya penasaran, sebenarnya di dunia nyata memang ada atau tidak ya organisasi semacam ini? Dari mana inspirasi si penulis untuk memunculkan Satriacarita? Mendongeng saja ternyata butuh belajar dulu apa dan bagaimana teknik dasarnya. Saya memang tidak banyak tahu tentang hal semacam ini, tapi saya harap organisasi seperti ini ada banyak di luar sana meski pun tidak besar. Bukankah segalanya dimulai dari hal-hal kecil, betul? 🙂

Pendongeng yang hebat pastinya bukan sekedar menyampaikan cerita, melainkan juga menghidupkan keajaiban yang ada dalam cerita itu—membuat pendengarnya merasakan sensasi magis yang sama seperti membaca sendiri. — (hlm. 53)

“Kalau kata Mas Jan, selama kami ikhlas dan berniat mengabdi dengan tulus, kekurangan gaji itu dibayar langsung oleh Tuhan dalam bentuk pahala dan kemudahan-kemudahan lain. Jadi, nggak perlu takut kekurangan.” — Akhyar (hlm. 41)

Cara penulis menyampaikan cerita di sini patut saya kasih dua acungan jempol. Berbeda sekali dari novel kebanyakan. Sekilas, saya teringat dengan film berjudul Memento. Novel ini tidak ada nomor atau judul pada tiap bab, yang ada hanyalah judul KINI dan LALU pada tiap awal babnya. KINI yang berisi cerita Helia yang sedang terjadi sekarang, dan LALU yang berisi kilas balik hidup Helia bermula sejak beberapa tahun yang lalu saat ia baru memilih jurusan kuliah. Jadi, ceritanya disampaikan secara selang-seling: kini, lalu, kini, lalu, dst. Sampai akhirnya di akhir buku, penulis mempertemukan dua timeline tersebut di satu titik yang sama. Penulis pasti telah menyusun timeline cerita dengan baik sehingga jadinya cukup apik seperti ini. Kedua timeline di sini sama-sama beralur maju. Berbeda dengan film Memento yang pernah saya tonton dulu—masa lalunya beralur maju tetapi masa kininya beralur mundur hingga keduanya sama-sama bertemu di satu scene.

Tidak melulu soal pustaka yang diangkat. Penulis pun dengan cermat menambahkan bumbu roman untuk lebih mengaduk emosi pembaca. Memang tidak dominan, tetapi porsinya sangat pas dan tidak sampai menutupi tema utama. Konfliknya pun menarik. Saya suka di bagian ketika PR mendongeng Helia ditagih oleh pengajarnya, juga saat Helia menemani Akhyar menemui temannya di Warta Palapa. Tapi, kekurangan yang saya tangkap adalah beberapa tokoh yang sangat potensial menjadi peran antagonis justru perannya tidak begitu maksimal, misalnya seperti Mbak Arbei dan Rufika. Kalau Mbak Arbei sudah ‘ngena’ galaknya, tapi sayangnya setelah itu dia tak muncul lagi. 😅

Untuk tokoh bernama Evandito Sebastian atau biasa disapa Evan, saya tidak tahu harus merasa empati atau simpati dengan tokoh yang satu ini. Di satu sisi, apa yang telah ia lakukan tidaklah baik dan tidak patut dicontoh. Jika saya sebagai Helia, tentu saya akan lakukan hal yang sama dengan mengomelinya panjang lebar, bila perlu pakai acara ngambek sekalian biar dia jera selamanya. Namun, Helia tetap bertahan dengan Evan meski dia masih melakukan kebiasaan buruk tersebut, bahkan Helia menyanggupi untuk melakukan sesuatu atas permohonan Evan meski dirasanya permohonan itu akan mencoreng integritasnya sebagai seorang pustakawan sejati. Pada narasinya disebutkan Helia menerima permintaan Evan itu dikarenakan Evan adalah sosok yang baik dan selalu menemani Helia setiap saat, baik sedih atau senang. Sayangnya, saya kurang bisa merasakan sisi baik Evan selain kelembutannya saat memanggil Helia dengan panggilan yang manis. Kebaikannya itu misalnya tentang apa saja yang telah ia lakukan untuk Helia selama ini karena memang porsi kehadiran Evan di cerita ini tidaklah banyak. Penjabaran tentang kebaikan Evan hanya diceritakan sekilas tanpa detil nyata.

Dari beberapa poin kekurangan tersebut, saya tetap menyukai cerita Helia di novel ini secara keseluruhan. Memang tidak tebal bahkan tidak lebih dari 150 halaman, tetapi menurut saya novel ini terasa berisi dan sukses menyampaikan apa yang memang ingin disampaikan oleh penulis melalui cerita para tokohnya dengan cukup efisien. Secara penulisan juga ‘bersih’ karena catatan saya untuk bagian typo tetap kosong. 😉

Novel ini cocok sekali dibaca bagi mereka yang juga mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan atau semacamnya karena pastinya sangat related dengan hidup dan pelajaran mereka di kampus. Saya cuma bisa meresensi dari segi penulisan, konflik, dan penyampaian cerita. Kalau soal tema, pastinya sudah dikupas habis-habisan oleh Mbak Luckty yang lebih mengerti secara mendalam tentang tema pustakawan ini. 😀 Buku ini juga cocok dibaca oleh para remaja untuk membuka paradigma mereka supaya tak langsung memandang jurusan Ilmu Perpustakaan itu secara sebelah mata hanya karena jurusan ini kalah tenar dengan jurusan lainnya. Karena saya yakin setiap pilihan itu pasti ada benefitnya sendiri-sendiri. 🙂

OVERALL RATING
★★★★☆


Kamu mau dapetin 1 buah novel A Place You Belong ini secara gratis? Ayo segera ikutan giveaway-nya. Tinggal klik tulisan di bawah ini dan ikuti petunjuknya di sana.

Giveaway: A Place You Belong by Nicco Machi

Banner blogtour A Place You Belong


Bagi kalian yang mau langsung beli bukunya dari penerbit atau mau baca dalam format e-book, silakan cek keterangan cara pemesanan dan pembeliannya di banner di bawah ini.

Order Novel A Place You Belong karya Nicco Machi

70 thoughts on “[BlogTour] Review: A Place You Belong by Nicco Machi

  1. […] 5. Simak dan berikan komentar kalian di post Review: A Place You Belong by Nicco Machi. […]

    Like

  2. Ini tema baru. Mengupas kehidupan pustakawan dan calon pustakawan. Jarang sekali ada penulis yang menuliskan tentang pustakawan. Jarang juga sih ada yang mengambil jurusan kepustakaan di sekitarku, jadi penasaran bagaimana mereka menimba ilmu. 😀

    Like

  3. Lagi lagi buku bicara tentang buku, hehe. aku setuju dengan pendapat Helia tapi aku juga tidak menyalahkan pendapat Pakde Yono, keduanya sama-sama betul menurutku, jadi ikut bimbang juga. kalau boleh saran sih, niatan Helia kan mau membalas budi ke pakdenya tuh, nanti pas jadi pustakawan, cari pekerjaan sampingan juga, buat batu loncatan gitu hehe

    Like

    • waktu tahu niatan Helia untuk jadi pustakawan sukses demi balas budi ke Pakde Yono, waktu itu saya sempat wondering, emangnya Helia mau lakuin apa ya supaya bisa jadi sukses yang berawal dari pekerjaan sebagai pustakawan? sungguh saya belum punya bayangan di situ. mungkin maksudnya memang mau cari kerjaan sampingan kali ya 😀

      Like

  4. Suka sama covernya dan tema tentang pustakawan itu menarik. Bisa lebih memahami profesi yang lekat dengan julukan kutu buku ini.

    Like

    • cover belakangnya lebih lucu. warna cokelat dan ada gambar kucingnya gitu hihihi.
      melalui novel ini jadi bisa lebih membuka mata bahwa pekeraan sebagai seorang pustakawan itu nggak semulus seperti yang ada di bayangan Helia 🙂

      Like

  5. Aku penasaran dengan gaya penulisan si penulisnyaaa.. sejujurnya aku juga ingin jadi pustakawati sejak dulu..

    Like

  6. Elsita F. Mokodompit

    Menjadi seorang pusatakawan akan terdengar mengasyikkan bagi yang suka baca buku. serasa punya dunia sendiri dimana hanya ada kita dan apa yang kita cintai (buku) di dalamnya. namun memang nggak ada jaminan bahwa suatu saat kita nggak jenuh dan merasa perlu keluar dari lingkaran yang selama ini sudah kita tarik batasnya

    Like

    • menjadi pecinta buku pun sebenarnya pasti pernah ngerasa bosan. seperti rasa nggak mood buat baca buku lagi karena sedang jenuh. apalagi kalau menjadikan ini sebagai pekerjaan. sama seperti pekerjaan lainnya. 🙂

      Like

  7. Memang tidak mudah hidup di zaman sekarang tapi berpaku pada idealisme yg dijunjungnya. Saya penasaran dengan kisah Helia ini yg berusaha tetap mengikuti idealisme yg dianutnya ditengah tekanan realiatas kehidupan saat ini. Apalagi dia dituntut untuk balas budi kepada pamannya yg membiayai dia selama ini.
    Sepertinya sangat jarang saat ini cerita yg mengangkat topik tentang pustakawan,saya malah baru tahu novel ini saja.
    Mudah2an saya bisa mendapatkan buku ini,WML😊

    Like

  8. Suatu profesi yg diangkat ke dalam suatu cerita memang sangat menarik, pembaca jadi tahu lebih jelas tentang profesi tersebut, dan lebih menarik karena di sajikan dalam bentuk novel yg biasanya dibumbui dengan kisah romance. Kisah Helia ini bikin penasaran, apalagi saat Helia melarikan diri dari pekerjaannya sebagai pustakawan. Kenapa ya??

    Like

    • itu juga karena si penulis memang mengerti dengan dunia ini. beliau juga alumna ilmu perputakaan hehehe. alasan Helia meninggalkan pekerjaan sebagai pustakawan karena… lebih ke perasaan tertekan yang dia rasakan. selengkapnya bisa dibaca di novelnya 😀

      Like

  9. Premisnya keren ya, Mbae? Saya suka deh. And fyi, di Mataram sana ada komunitas membaca (yang juga mengikutsertakan banyak anak-anak untuk membaca, bercerita, bahkan berdiskusi) yang mungkin mirip-mirip SatriaCarita (ini pemilihan namanya keren banget!!!)

    Bisa dicek aktivitasnya di https://bangicalku.wordpress.com/2016/10/16/pojok-baca-katjebe/

    Itu serius plotnya begitu? Gak bikin pusing apa ya maju mundur tiap bab? Macam Syahrini panutanq dong?

    No typooooo! Keren amat!

    Plis semoga menang!!!

    Like

    • berdasarkan jawaban dari penulisnya sendiri, dia bilang Satriacarita ini memang ada organisasinya di dunia nyata. dia pun pengen berkunjung ke sSekre-nya. trus kata @SobatJO juga bilang ada organisasi lain yang sama konsepnya seperti Satriacarita, namanya Geppuk.

      Like

  10. Insan Gumelar Ciptaning Gusti

    Aku juga lagi ada matkul ilmu perpustakaan. Awalnya aku mikir jadi pustakawan itu enak ya, setiao hari baca buku gratis. Padahal enggak juga. Kata dosenku yg paling susah kalo asa buku baru dan harus diklasifikasikan.

    Like

    • hmmm saya kurang paham seluk beluk kerjaan sebagai pustakawan itu harus melakukan apa saja, tapi pasti tetep ada ribetnya. misalnya harus nempelin buku satu persatu dengan label dan nomor, harus rekap ini itu, atau yang lainnya hehehe

      Like

  11. Bety Kusumawardhani

    Tema ceritanya unik dan gak pasaran 😃 Jadi penasaran ingin membacanya sendiri sampai selesai😊

    Like

  12. covernya keren. tema ceritanya bikin penasaran abis. pengen cepet baca sampe selesai

    Like

  13. Langkah yang berani sih penulis mengambil tema perpustakaan. Tahu sendiri, tema ini identik dengan orang-orang yang cupu, berkacamata, tempat yang berdebu dan dingin, kerjaan yang monoton. Ah, pokoknya nggak ada bagus-bagusnya. Dan tugas penulis mulia sekali, memberikan pandangan baru profesi putakawan ini melalui novel. Penasaran sih sebagus apa penulis menyampaikan dan menyingkap paradigma yang sudah melekat di masyarakat.

    Semoga aja saya yang beruntung. Amin!

    Like

    • saya pun cukup takjub karena ilmu perpustakaan yang dijalani oleh dua orang tokoh utamanya ini justru mereka aplikasikan ke dunia mendongeng di Satriacarita. lewat novel ini, saya bahkan baru tahu kalau dunia mendongeng itu dekat sekali dengan dunia perputakaan. 😀

      Like

  14. Euis Nur Fatimah

    Novel ini punya tema yang unik. Menceritakan tentang profesi pustakawan yang bisa dibilang kurang diminati. Sangat menginspirasi!
    Pasti menyenangkan berkarir pada bidang yang kita sukai. Setiap hari kita dibayar untuk bersenang-senang.

    Like

  15. pustakawan :*
    impianku setelah masuk jurusan ilmu perpus.. hehehe
    sungguh ini buku bner-bener fresh ngangkat temanya yg mungkin blm ada (soalnya blm pernah baca novel ttg pustakawan), jdi makin penasaran bget sma buku ini 🙂

    Like

  16. Ada warna baru melalui gaya pustakawan dalam buku ini 🙂 yang lebih modern dan paling ngerti readers di perpus.

    Like

  17. Pustakawan itu menyenangkan. Karna bisa beli buku apapun yg di suka. Yaa meski selanjutnya dikasih ke perpus hehe.
    Bisa baca duluan sebelum buku baru itu boleh dipinjam

    Like

  18. Pustakawan. Awalnya pernah ingin memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan sebagai salah satu pilihan masuk perguruan tinggi. Awalnya aku ingin, Sastra Jepang, Sastra Indonesia, dan Ilmu Perpustakaan. Ini impianku, aku tidak mengejar uang, walau nyatanya dunia ini sangat keras. Dan sekarang, realitanya aku tidak bisa berada disitu, aku sedang mengeyam pendidikan di tempat yang berkutat dengan keuangan 🙂

    Tapi, kuharap APYB ini bisa menghauskan dahagaku tentang bagaimana sih menjadi seorang Pustakawan itu 😀

    Like

  19. Saya juga termasuk orang yang mengagungkan teori sebenarnya alhasil saat dilepas di dunia nyata kalang kabutnya bukan main. Gila banget itu.
    Yeayyy Pustakawan, aku suka ini. Padahal kalau dilihat nggak kalah keren kok sebetulnya sama Mbak-Mbak/Mas-Mas perlente yang kerjanya hilir mudik di gedung tinggi sambil manasin bangku kantor atau Meeting sama bule. Huhu, saya suka iri malah lihat mereka ketimbun buku. Udah gitu karena yang ambil pendidikan Ilmu Perpustakaan juga nggak gitu melimpah, saya rasa jarang dari mereka yang ambil prody tersebut tanpa panggilan dari hati mereka sendiri. Pustakawan ini mungkin minoritas tapi mereka berani buat nggak ‘ngikut arus’.

    Overall karena sedikit kalah gengsi, mungkin tantangan sebagai Pustakawan lebih berat di dunia nyata. Lebih lebih, mendorong orang supaya mau membaca ternyata sama sekali nggak gampang. Tapi buat yang cinta baca, Pustakawan ini sangatlah bling-bling. Dan saya termasuk yang menganggap bahwa profesi mereka itu rame, asik, dan tentu aja nggak mainstream hehe bener nggak sih gitu?

    Like

    • saya suka dan setuju dengan prinsip yang Akhyar terapkan. kagum juga sama dia, soalnya saya nggak seberani dia sih untuk langsung coba ini itu hihi.
      hmmm intinya sih untuk ngambil kurusan ilmpu perputakaan dan menjadi seorang pustakawan itu “berani tampil beda” heheheh 😀

      Like

  20. A Place You Belong. Aku suka sama judulnya. Dan tertarik buat baca novel ini karena temanya ilmu perpustakaan gitu. Sekalian buat belajar kehidupan mahasiswa ilmu perpustakaan. Siapa tahu bakal masuk situ juga 😊

    Like

  21. Pekerjaan pustakawan itu pekerjaan yang mulia dan nggak semua orang lho siap mengambil jurusan kuliah yang nggak begitu diminati orang. Tema dari novel ini beda dari yanv lain karena mengangkat kisah seorang pustakawan dan aku jujur sangat penasaran sama kisah di dalam buku ini. Tentu ada banyak pelajaran penting yang bisa kita dapat setelah baca buku ini dan jadi tahu banyak tentang gambaran profesi pustakawan… Banyak Kutipan quotes menarik juga yang bisa aku dapat dari review di atas, senang rasanya walau cuma baca reviewnya aja…

    Like

  22. A Place You Belong. banyak Quotes yg menarik nih. Dan makin penasaran aja aku sama isinya..

    Like

  23. Annisa Az Zahra

    Penasaran banget pengen baca novelnya… Nabung, nabung, nabung..
    eh, ada GA nya kan? ikutan ah siapa tau beruntung dapet gratisan 😀

    Like

  24. Dari judulnya aja udah menarik, apalagi isi ceritanya. Jadi tambah penasaran gimana konfliknya yang dialamin sama Helia. Pasti sulit banget yaa, harus realistis dengan jurusan yang dia ambil. Wihh salut nih sama penulisnyaa

    Like

    • ketika saya mencoba memposisikan diri sebagai Helia dengan keadaan seperti yang ada di novel ini, saya merasa bebannya memang cukup membingungkan. ada banyak keputusan yang harus Helia ambil demi kelanjutan hidupnya. karena salah satu hal yang paling mengecewakan adalah saat idealisme yang selama ini dijunjung ternyata berbeda jauh dengan realitas 😦

      Like

  25. Reviewnya jempol aya, sukses bikin pengen nyimak kisah hidup Helia si pustakawan lebih lanjut 👍
    Terlebih aya menyebutkan, penulis membuat timeline ceritanya apik, super duper pengen baca APYB 📖

    Like

    • iya, 2 timeline cerita itu yang paling menarik buatku. yang itu bener-bener jadi nilai plus plus deh buat APYB. nggak bikin kita bosen baca ceritanya yang melulu maju atau melulu mundur. 😉

      Like

  26. Miftakhul Khoiroh

    tentunya ini tema cerita yang diangkat memang tema yg tidak biasa. jujur aku sangat awam mengenai dunia kepustakaan karena itu aku ingin tahu lebih banyak lewat buku ini.

    Like

  27. Dari pertama kali liat covernya, aku langsung suka. Lucuuu, jadi pengen punya rak buku bentuk tangan dan ditengahnya ada tempat duduk empuk untuk membaca seperti yg ada di cover. Makin betah deh baca… hahaha

    Like

  28. Bikin penasaran, karena selama ini pustakawan dipandang sebelah mata. Jadi pinggin baca bukunya :3

    Like

  29. Penasaran pengin baca..jarang baca novel latarbelakang pustakawan. Dan ini salah satu pemenang sayembara menulis yang diadakan oleh Jendela O’ Publishing House…Pastinya ini menarik

    Like

  30. Sebelum ikutan komentar, aku mau ngucapin terima kasih buat Jendela O’ Publishing dan Nicco Machi yang udah bikin aku nemuin blognya Kak Aya:)))

    Dear Kak Aya,
    Hallo Kak, salam kenal sebelumnya. Ini first time aku baca review dan visit blog kakak—yang sepertinya akan semakin sering aku kunjungin kalau lagi senggang atau cari rekomendasi novel baru;))
    Dari awal tahu novel ini dari twitter @noveladdict_ , aku udah suka sama temanya yang anti-mainstream. Tentang satu topik yang bahkan aku belum kepikiran bakal bisa dijadiin sebuah novel. Perpustakaan dan profesi pustakawan. Aku suka main kesana kalau waktu lenggang, sekedar duduk berjam-jam diantara rak-rak novel, atau sekedar mainin ponsel sambil dengerin instrumen musik yg diputar disana. Dulu, aku pernah kepincut sama jurusan ini, gara-gara pernah ikut acara yang diadain oleh D3 Teknik Perpustakaan Universitas Airlangga, tapi cuma sekedar ingin kok gak sampai mau pindah kampus hehe.
    Anyway, setelah baca review dari Kak Aya, aku jadi makin penasaran sama novel ini. Penasaran dengan topik yang sangat jarang dijadikan sebagai bahan utama pembuatan novel. Ini memang bukan novel yang melulu soal cinta dengan seseorang atau lawan jenis, tapi ini dengan profesi yang banyak dipandang sebelah mata oleh orang lain (dulu, aku termasuk didalamnya). Terima kasih buat Kak Aya, spoiler yang kakak berikan (seperti kutipan-kutipan) itu, cukup menambah keinginan hati meminang novel ini—semoga ada rezeki agar lekas meminangnya;)))
    Buat Nicco Machi, semoga bukunya menjadi best seller dimana-mana ya? Jangan bosan buat bikin novel anti-mainstream seperti ini. Buat Jendela O’ Publishing juga terima kasih karena menemukan aku dengan novel (yang udah masuk dalam list must have) ini ;))) dan terima kasih untuk kakak Aya Murning (blognya bakal sering aku visit tiap ada waktu) heheh. Terima kasih dan maaf kepanjangan:))))

    Regards,
    Nova

    Like

  31. Jadi pustakawan ya … Jarang banget ada yang milih profesi seperti itu, aku juga suka baca sih, tapi nggak ada niatan jadi pustakawan. Menurutku pilihan Helia itu cukup unik. Penasaran juga sih sama isi bukunya, ingin tahu lebih jauh gimana ceritanya Helia dan sekelumit konflik yang dia hadapi.

    Like

  32. Memang benar jurusan ilmu perpustakaan memang kadang bnyak diremehkan oleh para orang tua yg menganggap jurusan trsebut tidak ada masa depannya. Bagi saya, hanya seseorang yg benar2 amat mencintai buku dan membacalah yg dgn sepenuh hati mengambil jurusan ini. Salut👍👍

    Like

  33. bener-bener tema baru ya atau malah aku yg gak update novel-novel yang bertema kan pustakawan.
    Ini perjuangan akan hati dan kehidupan, selalu salut sama orang yang bisa memperjuangkan hobi dan minatnya yang mulia..
    mauuu novel ini.

    Like

  34. dulu waktu SD aku sering bgt ke perpus, hampir tiap hari, bahkan pinjem buku sampe banyak dan lupa nggak dikembaliin. SMP mulai jarang. sekarang SMA malah nggak pernah. habis baca review ini malah jadi nyesel kenapa aku nggak bisa memertahankan hubunganku dengan si perpus 😭 selalu merasa aku nggak setia, ah pantes aku sering kena writer’s block. semoga buku ini bisa menyadarkanku kembali 😂

    Like

  35. Yah! Liat covernya lgsg jatuh cinta, lucu. Warna coklat gitu :v
    Temanya unik, mengulas pustakawan gitu. Aku penasaran bagaimana penulis menceritakan dg tema profesi pustakawan. Jarang loh ada tema begini, eh apa emng gada ya? -,- (selama ini sih gapernah baca dg tema begitu) salut ah, penulisnya berani mengambil tema profesi ini.
    Ahya, aku penasaran gimana konfliknya yang dialamin sama Helia. Kayaknya sulit banget yaa, harus realistis dengan jurusan yang dia ambil. Hem, quotesnya keren…i like it. Reviewnya jempolan deh, pas baca reviewnya berasa kayak ada dementor gitu, menyedot mata biar gak kemana-mana. Harus stay baca sampe akhir.. Pkknya berhasil buat aku penasaran. ☺

    Like

  36. Salimah Isnaini

    Cover-nya eye-catching banget! Pertama lihat langsung tertarik padahal belum tahu isinya kaya gimana. Dan ternyataaa…. wow! Pustakawan, Bro! Secara gitu lho ini tema yang jarang banget diangkat ke publik dan universitas yang menyediakan jurusan ini kan nggak banyak. Tapi aku suka betapa penulisnya berani banget ambil tema yang jarang dibahas ini, apalagi dipermanis dengan konfliknya si Helia waah pasti tambah lebih krispi dan renyah hehe. Dan setelah tahu ternyata isi novelnya kaya begitu, siapa yang nggak mau sih nambah-nambah pengetahuan tentang ilmu perpustakaan? Yaa itu yang ada di pikiranku sih… But overall, pengin banget baca novel ini, entah gimana caranya nantinya 😀

    Like

  37. pertama kali lihat novel ini cukup menarik minat saya ttg covernya. penasaran pastinya, karena dari cover saya bisa menebak bahwa cerita itu mengenai seseorang yg menggilai buku. perpustakaan yg sedemikian rupa uniknya dg bentuk tangan dan seorang wanita? dan setelah baca review sana sini saya cukup kepo dg ceritanya.

    seorang pustakawan.
    selalu dekat dgn buku.
    dan masalah yg cukup banyak terjadi di realita.
    saya salah satunya. seorang penikmat buku yg ingin menjadi seorang pustakawan, namun hal itu ditentang oleh keluarga hanya karena maslah pekerjaan itu yg kurang dlm hal tertentu. sama sperti pakde yono yg kurang setuju dg jurusan yg diambil helia.
    disini jurusan ilmu perpustakaan sedikit peminat dan kurang mendapat perhatian dan hal itu tidak mendukung saya utk meyakinkan keluarga bahwa pustakawan tidak terlalu buruk.

    cukup penasaran sama buku kak niccho machi ini yg mengangkat pekerjaan seorang pustakawan yg memiliki banyak kontra dikalangan keluarga. apa yg salah dg menjadi pustakawan? gelar? uang?
    saya berharap banyak buku ini dpt membuat orang diluar jika pustakawan tidak terlalu buruk terutama keluarga saya agar sedikit lebih membuka dan mengizinkan saya mengambil jurusan ini:) kok banyak curhatnya ya?:v
    sukses selalu deh buat kak aya dan pembaca diluar sana. semangat:)

    Like

  38. Inget Helia, inget Mbak Luckty 🙂
    Tema seperti ini memang jarang banyak yang mengeksplor. Lika-liku seorang pustakawan sedikit banyak aku baca di timeline mbak luckty. Sepertinya asyik tapi ribet juga. Tapi passion Helia ini sangat bermanfaat buat orang banyak.

    Like

  39. “Aku hidup bukan cuma untuk mencari uang, Pakde.” pikiran ini sama sepertiku. Aku berpikiran kalau aku hidup bahagia, aku yakin semua hal akan dapat kuatasi dengan baik. Kurasa pikiranku dan Helia ini bukan idealis. Pikiran hidup hanya untuk mencari uanglah yg idealis.

    Katanya buku ini punya alur campuran. Hmm, secara nggak langsung ini mirip sama SMPKB. Di novel yg juara satu itu juga gitu. Walau nggak tiap bab ganti.

    Ilmu Perpustakaan akhir-akhir ini sering kulirik. Sayangnya sekalipun aku related, ortu gk terlalu suka aku masuk itu. Katanya blblblblbaa. Kuharap sih aku bisa baca buku ini dan bisa lebih meyakinkan ortu dan diriku sendiri kalau Ilmu Perpus bisa dibanggain.

    Like

  40. Jadi, intinya kita harus bener-bener sepenuhnya percaya pada diri kita sendiri ya. Menarik nih, soalnya saya pas mau masuk jurusan saya juga yaa banyak yang nyinyir 😀

    Like

  41. Saya acungkan jempol untuk sang penulis yang mengangkat tema ini. Tema yang sebenarnya menarik untuk dikupas lebih dalam lagi. Bahwa sesungguhnya pustakawan itu bukan pekerjaan yang bisa diremehkan. Pustakawan itu bukan hanya penyebar manfaat, tapi ialah kuncinya ilmu.

    Like

  42. Selain tema yang diangkat unik. Semakin penasaran karena baca review ini. Di setiap babnya bukan dikasih nomor atau judul tapi malah KINI dan LALU

    Like

  43. Aku penasaran banget nih sama ceritanya. Temanya unik dan menarik.

    Like

Leave a comment