[BlogTour] Bad Romance by Equita Millianda | Review, Giveaway

Judul: Bad Romance
Penulis: Equita Millianda
Penerbit: Pastel Books
Ilustrasi sampul: Margaretta Devi
Penyunting naskah: Moemoe dan Irawati Subrata
Penyunting ilustrasi: Kulniya Sally
Desain sampul dan isi: Kulniya Sally
Proofreader: Hetty Dimayanti
Layout sampul dan isi: Tim Redaksi dan Deni Sopian
Cetakan: Pertama
Terbitan: Bandung, 2016
Tebal: 376 Halaman
ISBN: 978-602-0851-66-2
Genre: Teenlit, Romance

BLURB

Nathaniel Adriano Wirasetya adalah seorang cowok yang hobi banget bikin rusuh senatereo sekolah. Mulai dari hal sepele kayak telat, bikin kerusuhan, sampai tawuran. Parah? Banget. Tapi statusnya sebagai cucu pemilik yayasan seolah bikin semua peraturan menguap gitu ajakalau udah menyangkut nama Nathan. Katya jengah dengan kelakuan sok berkuasa dan sok gantengnya Nathan. Sampai akhirnya Katya berani melawan, tapi justru malah membuat Nathan semakin menjadi-jadi. Sampai pada suatu hari, hari di mana mereka membuat perjanjian paling laknat sepanjang masa. Dan semuanya berawal dari sana.

---

“Sumpah ini novel the best ever, ngakak banget, romantis banget … aaah author-nya gesrek abisss.” — @JessyMirra

“Yesss, udah 9 kali, sama ini, jadi 10 kali deh, gue baca Bad Romance. Entah kenapa gue gak pernah bosen baca ni cerita, ceritanya menarik & seru!” — @nstynKirana

REVIEW

Kalau ada orang yang bisa Katya bunuh di dunia ini, nama pertama yang akan dia buru pasti adalah Nathan. Katya paling nggak tahan dengan kelakuan Nathan yang seenak jidatnya tanpa meduliin orang lain bakal tersakiti atau nggak. Nathan hanya peduli dengan kepuasannya sendiri mentang-mentang dia itu cucu dari yang punya yayasan di sekolahnya.

Bagi Katya, Nathan itu satu dari sekian orang yang nggak punya otak. Enggak mikir, bahwa apa yang dia lakukan selama ini buang-buang uang orangtua. Enggak mikir, bahwa perbuatannya bodoh, dan apa yang dia perbuat itu mungkin aja nyakitin orang-orang. — (hlm. 26)

Sampai suatu hari Nathan lagi malakin anak SMP yang digagalkan oleh Katya. Hal itu benar-benar bikin Nathan kesal karena cewek itu suka sekali ikut campur urusannya. Lalu muncul ide dari salah satu teman Nathan yang menyarankan untuk membuat tantangan pada Katya: nantangin pacaran, tapi bagi yang mutusin duluan nanti bakal kalah dan kena hukuman sesuai keinginan si pemenang. Tanpa ba-bi-bu lagi, Nathan langsung nemuin Katya dan nawarin tantangan itu. Katya nggak mau dong, tapi kalau langsung nolak maka dia langsung dinyatakan kalah dan harus jadi babunya Nathan. Ya, akhirnya terpaksa lah Katya terima jadi pacar Nathan meski jijiknya minta ampun.

“Astaga, gue nggak tahu lagi yang mana yang lebih laknat. Jadi pacarnya, atau jadi pembantunya?” — Katya (hlm. 14)

Bisa kalian tebak kan selanjutnya kayak gimana? Ya, mereka jadinya ke mana-mana serba bareng, serba diantar dan dijemput sama Nathan. Tentunya ini bikin gempar di sekolah karena selama ini udah sangat dikenal kalau Katya itu musuh besarnya Nathan. Katya tuh benci banget sama Nathan. Nah, kok bisa tiba-tiba pacaran? Kan aneh banget di mata kebanyakan orang. Hal ini juga nggak luput dari pantauan Kiara yang merasa kalau hanya dirinya yang berhak memiliki Nathan, bukan cewek biasa macem Katya. Kalau Katya sih menjalaninya secara terpaksa ya, tapi nggak tahu deh Nathan-nya gimana. Kayaknya sih dia sangat menikmati kesempatan itu. 😛

“Cinta bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Mau lo ngelakuin apa juga, kalau hatinya udah kecantol di tempat lain mah ya, mana bisa.” — Kiara (hlm. 167)

Namun, semua kebencian itu seolah mulai luput dari diri Katya ketika suatu hari Nathan dengan rela mengorbankan dirinya tersakiti secara fisik demi keselamatan Katya saat tawuran. Apakah Katya mulai luluh dengan segala kebaikan Nathan dan mulai bisa menerima kehadirannya sebagai pacar? Rahasia apa saja yang berhasil Katya dapatkan dari kehidupan Nathan yang selama ini disembunyikan dengan sangat rapat? Mampukah Katya membantu Nathan keluar dari semua kegelapan itu?

Katya lagi-lagi terdiam. Kini, dia mengerti mengapa Nathan menjadi pribadi yang begitu menyebalkan, egois, dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Semuanya karena keluarganya. Dia membuat onar bukan karena nakal, tapi semata-mata ingin mendapatkan perhatian orang. Dia bersikap sok berkuasa, bukan karena sombong. Tapi, hanya ingin didengarkan. Dia bersikap egois bukan karena kekanakan, tapi sekedar ingin mendapatkan apa yang dia mau. Mungkin selama ini, dia tidak pernah mendapatkan semua itu. — (hlm. 70)

LET’S PEEL IT…

Saat ditawari untuk jadi host blog tour novel ini, saya nggak punya bayangan apa pun tentang isi bukunya. Cuma tahu kalau ini berawal dari wattpad dan udah dibaca hampir 6 juta kali di sana. Satu keyakinan saya adalah setidaknya buku ini nggak akan ngecewain saya karena kalau dia punya banyak penggemar sampai sudah 6 juta kali itu ya berarti dia emang bagus kan? Maklum lah, saya bukan penggemar atau penguntit cerita di wattpad and because I had not enough time to read and waiting for the next chapter of some unfinished stories. Saya orangnya nggak sabaran sih hehehe. Mending nunggu yang udah jadi dalam bentuk buku aja. 🙂

Cover

I’ve seen many cuter covers but this is also good, not bad lah ya. Ilustrasi cowok-cewek di kavernya itu memang persis seperti Nathan dan Katya di novel ini. Di situ seolah Katya lagi kesel sama Nathan dan mau ngejitak dari belakang tapi Nathan malah cuek aja tetep jalan ke depan sambil melet-melet ke Katya. Aw!

Tema

Klise sih, benci jadi cinta antara cowok dan cewek di masa SMA. Tapi saya mau ngacungin jempol untuk ide awal di mana segala sesuatunya bermula. Perjanjian laknat yang paling absurd sekaligus brilliant yang pernah saya temui: nantangin musuh buat jadi pacar, tapi bagi yang mutusin duluan maka dia yang kalah dan akan dapat hukuman, dan kalau nggak mau terima tantangan tersebut maka dia yang langsung kalah. Hahaha ini nantangin atau pemaksaan ya? Emang gesrek kan?! XD

“Heh, denger ya, cinta itu bukan mainan. Awas lo, mau taruhan, tapi entar beneran pengin pacaran.” — Agatha (hlm. 76)

Tokoh & Penokohan

• Nathan – Orang yang merasa sangat berkuasa dan suka berbuat seenaknya. School is his kingdom. Cakepnya bukan maen, bisa bikin cewek-cewek satu sekolahan (kecuali satu orang) pada klepek-klepek cuma ngelihat dia lewat doang. Dia bisa ngehajar siapa pun tapi dia malah nggak berkutik pada satu orang. Dia nggak mampu ngelawan kalau sudah berurusan sama orang yang satu itu. Tapi dibalik semua ketangguhan itu, Nathan adalah sosok yang sangat rapuh dan mempunyai masa lalu yang nggak enak banget untuk dikenang.
• Katya – Cewek yang satu ini bisa dibilang tangguh sih. Katya tuh cewek, tapi berani ngelawan Nathan saat sindrom kepremanan Nathan kumat lagi. Katya tuh cewek, tapi nggak terpengaruh sama sekali oleh ketampanan Nathan dengan hidung mancungnya yang udah kayak busur cinta. Katya tuh cewek, tapi bisa membuat Nathan jadi keder sendiri kalau Katya udah nantang balik. The power of being a girl kali ya.
• Kai – Cemcemannya Katya di sekolah yang selalu ia bandingkan dengan Nathan. Kalau Nathan itu bernilai nol, maka Kai udah pasti bernilai seratus di mata Katya. Kai itu serba sempurna, seperti tidak ada celah buruk di mata Katya. Ganteng maksimal, pintar, nggak bandel, nggak ngerokok, baik, gentle, perhatian, apalagi Kai juga murid yang rajin dan anggota OSIS. Kurang apa lagi coba? Kai is a very lovely boy. Sikapnya manis banget ke Katya. Apa jangan-jangan secara diam-diam Kai ini naksir juga sama Katya atau gimana sih? By the way, berhubung namanya adalah Kai, imaginary cast yang langsung muncul di kepala saya tentunya EXO’s Kai. Apa memang inspirasinya dari sana? 😀
• Eriska – Sahabat sekelasnya Katya yang selalu jadi tempat curhat dan mengeluh soal apa pun. Eriska adalah salah satu cewek yang jadi korban ketampanan Nathan. Maksudnya, dia itu juga mengagumi Nathan, tapi nggak termasuk groupies-nya Nathan kayak dedek-dedek gemez yang lainnya. Kadang ngerasa kasihan juga sih sama Eriska ini sering jadi kamcong alias kambing congek di antara Katya dan Nathan. Untungnya Eriska udah punya pacar, jadi nasibnya nggak miris-miris amat.
• Kiara – Hm, bingung juga sih sebenarnya apa statusnya Kiara ini bagi Nathan. Kalau dibilang mantan, mereka nggak pernah pacaran tuh, tapi lagaknya dulu kayak TTM-an. Kiara itu cantik, tenar, ada darah bulenya juga, dia pun punya gank yang hobi ngegosip. Kiara adalah pemeran antagonis di cerita ini, namun sayangnya saya nggak merasakan peran besar dari kejahatan Kiara terhadap hubungan Nathan dan Katya. Antagonisnya nggak maksimal. Masih kurang ‘nendang’ hehehe.
• Agatha – Kakak sekaligus saudara Katya satu-satunya. Orang yang saat ini paling disayang oleh Katya karena mereka memang hanya tinggal berdua di Bandung. Katya sengaja memilih ikut tinggal bersama Agatha daripada dengan orangtuanya di Jakarta saat Agatha mulai kuliah di Bandung. Agatha itu terkadang overprotective terhadap Katya karena Katya sangat sensitive terhadap udara dingin. Agatha juga sangat menyayangi adiknya itu. Dia akan lakukan apa pun demi keselamatan Katya, termasuk mempertaruhkan nyawanya.
• Dio – Sepupu Nathan yang sangat peduli terhadap masalah Nathan dan Katya. Sikapnya sangat dewasa sesuai dengan usianya yang telah mencapai 22 tahun. Ngemong banget deh Dio ini. I thought he’s gonna be disappear just like an unimportant person in another story, eh ternyata nggak lho ya. Perannya ini besar juga di kehidupan Nathan dan Katya. Kalau Katya udah sama Nathan, saya mau deh sama Dio. 😛
• Aura – Okay, then I know who is the real antagonist role here. Yes, she is. Aura ini berusaha jadi penghancur hubungan orang tanpa harus menyentuh targetnya. Tuh, licik banget kan. Tapi saya kira dia bisa berbuat lebih kejam dari yang sudah ada, supaya lebih greget. Tapi yang ini pun sebenarnya udah seru kok dengan keseluruhan konfliknya.

Konflik

Novel ini termasuk buku yang cukup tebal untuk bacaan remaja. Tapi harus saya akui cara penulis mengolah konfliknya sungguh apik dan seru. Sangat mampu memainkan emosi pembaca sehingga tidak sehalaman pun yang membuat saya bosan mengikuti kisah Nathan dan Katya. Baca Bad Romance seperti naik rollercoster dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Ada cinta, ada persahabatan, dan ada problema keluarga yang mewarnai kisah mereka. Konten yang ada pun semuanya sesuai dengan porsi remaja. Nggak heran deh kalau cerita ini sampe dibaca 6 juta kali di wattpad. Layak banget di-publish menjadi buku. 🙂

“… lo harus berhenti nutup diri, Nath. Lo nggak bisa terus senyum dan ketawa-ketawa, sedangkan di dalam lo tuh rapuh, rusak, hancur secara perlahan. Senyum mungkin bisa memperbaiki perasaan lo, mengurangi rasa sakit di hati dan jiwa lo, walaupun senyum nggak bisa nyembuhin luka itu. Kenapa lo nggak ngebiarin seorang pun membantu?” — Katya (hlm. 70)

“Buka jalan itu, Nath. Biarin orang-orang masuk dan mencoba membantu, paling nggak nemenin lo sampe lo perlahan-lahan sembuh. Buka jalannya pelan-pelan, enggak perlu lebar-lebar. Lo tahu kan, penderitaan yang dibagi itu rasanya lebih ringan?” — Katya (hlm. 72)

Chemistry

Penulis dengan cerdik membuat hubungan benci-jadi-cinta antara Nathan dan Katya menjadi lebih kuat terjalin dengan berbagai macam kejadian yang mereka lewati bersama. Pelan tapi pasti, kesel tapi sayang, sok nggak peduli tapi aslinya dipikirin terus, ngomong benci tapi sebenernya dagdigdugser. Nggak hanya chemistry antara Nathan dan Katya saja yang penulis bangun di sini. Antara Katya-Agatha, Katya-Eriska, Katya-Dio juga dieksekusi dengan baik. Saya jadi ngiri banget sama Katya yang punya kakak penuh perhatian kayak Agatha.

Biasanya saya sering merasa terganggu dengan terlalu cepatnya perubahan perasaan yang dirasakan tokohnya karena mereka tak punya cukup memori atau twisting moment yang bisa jadi trigger-nya. Tapi hal itu tidak berlaku pada novel Bad Romance kali ini. Bagi saya, di sini chemistry-nya mulus, tidak juga terasa dipaksakan atau dipercepat.

Plot & Sudut Pandang

Novel ini menggunakan plot maju dengan beberapa bagian dihiasi dengan sepenggal flashback dari masa lalu mereka. Mostly menggunakan POV 3 (pengarang sebagai pengamat) tetapi juga banyak diselingi dengan POV 1 dari tokoh Katya. Saya sempat bertanya-tanya, kenapa hanya dari Katya, ya? Kenapa nggak dari Nathan juga? Ujung-ujungnya saya jadi penasaran dengan apa yang sebenarnya ada di pikiran dan hati Nathan. He’s like a mysterious box to figure out. Tapi itu justru jadi nilai lebihnya. Kita dibuat nebak-nebak sebenarnya Nathan ini kenapa? 😕

Hal lain yang saya suka adalah pace ceritanya pada speed yang tepat. Tidak terasa terlalu lambat, tidak juga terlalu cepat. Tidak ada plot gap yang mencolok. Penulis bercerita secara runut. Saking saya menikmatinya, sampai-sampai saya nggak rela melewatkan satu kalimat pun di buku ini. Ya, kalau dibilang sih saya memakan waktu agak lama buat namatin baca ini karena nggak rela juga kalau ceritanya langsung habis. 😀

Setting

Bandung. Jujur, saya nggak nyangka ini di Bandung karena bahasa sehari-sehari yang digunakan itu bahasa gaul tulen. Tapi tetep ada sih sentuhan bahasa sundanya seperti sapaan Neng, Teteh, Aa, serta kalimat fenomenal “da aku mah apa atuh”.

Gaya Bahasa

Ya itu kayak yang saya bilang tadi, bahasanya ala anak muda banget kayak anak Jakarte. Sempat kaget juga pas tahu ini setting-nya di Bandung. Tapi penulis bisa banget nyempilin lawakan di balik kalimat gaulnya itu.

Kelebihan

(+) Meski tema cerita sudah biasa dan banyak diangkat oleh penulis lainnya, tapi ide awal ceritanya baru kali ini saya temukan dan itu cucok banget. Hahaha.
(+) Penokohan masing-masing karakter sudah sangat kuat, terutama bagi 2 tokoh utamanya.
(+) Gaya bercerita dari penulis di novel ini sangat ngena dan mencerminkan pergaulan saat ini. Lancar jaya, sama sekali nggak kaku dan mungkin ini juga salah satu kenapa novel ini sangat nyaman dibaca oleh berjuta-juta pembaca di wattpad, and I believe sebagian besar dari mereka adalah dedek-dedek gemez. 😀
(+) Konfliknya kaya, maksudnya nggak fokus dengan satu hal aja. Tetapi di novel ini juga nggak kebanyakan masalah yang harus dihadapi oleh tokohnya. Sekali pun dinilai banyak, tapi terjadi secara beruntun, bukan sekaligus.
(+) Interaksi antartokohnya yahut banget deh.

Kekurangan

(-) Tokoh antagonisnya menurut saya masih kurang maksimal.
(-) Konflik di tengah cerita yang menyangkut keterbukaan Nathan tentang masa lalunya malah jadi muter-muter di situ aja. Semacam tarik ulur antara Nathan dan Katya.
(-) Ada beberapa kata gaul yang saya nggak paham artinya apa. Mungkin lain kali bisa lah ya dikasih catatan kaki. Maklum lah, saya mah anak desa *tsaaah* hehehe.

Hikmah Cerita

1. Jangan suka langsung menilai orang lain dari tampilan luarnya saja, apalagi jika kita nggak mengenal dia secara dekat. Karena siapa tahu sebenarnya dia memendam sesuatu yang kelam dari masa lalunya. Seperti yang dialami oleh Nathan di sini.

2. Nggak usah kelewat benci sama lawan jenis, entar malah jadi “benar-benar cinta” baru tahu rasa deh kena baper-nya. 😛

3. Mau seberapa jahat pun yang orang lain pernah lakukan terhadap kita meski itu dari keluarga sendiri, kita harus bisa berbesar hati untuk memaafkan karena berdamai dengan masa lalu, mengikhlaskan dan memaafkan kesalahan orang lain dapat membuat hati jadi lebih ringan.

4. Tetaplah menjaga hubungan baik dengan anggota keluarga. Karena mau kepada siapa lagi kita pulang kalau bukan ke keluarga sendiri?

5. Kalau kalian mau ngecengin cowok macem Nathan, tolong persiapkan hati kalian dengan pager baja 5 lapis supaya nggak mudah patah berkeping kayak Katya yang berapa kali kena tarik ulur oleh cowok playboy nan blagu kayak Nathan itu. XD

Kesan Keseluruhan

Tadinya saya hanya merasa ya palingan ini kayak novel remaja lainnya yang berkutat masalah itu-itu aja dan nggak jauh soal cinta pastinya. Tapi, ternyata semuanya di luar ekspektasi saya. I mean, in a good way. Novel ini keren abisss! Ya memang sih di tengah cerita itu masalahnya agak mbulet tapi konfliknya juga bukan masalah yang sepele untuk dihadapi oleh orang-orang di usia remaja. Kalau saja saya masih eibiji atau teenager, mungkin reaksi saya bakal lebih lebay dari ini untuk menunjukkan betapa saya love love banget sama novel ini.

“Lo tuh ya, kalau masih sayang, kejar. Enggak usah sok jaim, sok ngejauh. Nyusahin diri sendiri aja tahu enggak, sih? Lo tuh ya, semacem enggak bersyukur. Lo bisa bahagia, tapi kenapa malah milih buat terluka?” — Rio (hlm. 324)

Sudah lama saya nggak nemu bacaan lini remaja yang bisa sampe sebegininya ngaduk-aduk perasaan dan emosi saya. Bad Romance bisa membuat saya ketawa-ketiwi nggak jelas di dalam kamar, bisa bikin air mata saya keluar dengan sendirinya, bisa bikin saya ngakak sampai loncat-loncar di kasur, bisa bikin saya sampe kebayang-bayang terus sama cerita tokohnya meski pun saya udah selesai baca dan bukunya udah saya tutup rapi kembali ke raknya. Bisa ngefek banget di benak saya, after taste-nya bertahan lama. The show is over but the feeling lingers.

Saya masih ingat kapan terakhir kali saya dibuat sebegininya oleh sebuah novel remaja. Waktu itu novel teenlit yang berhasil memporak-porandakan hati adalah Jingga dalam Elegi karya Esti Kinasih. Saya baca buku itu waktu baru masuk kuliah. Tuh, udah lama banget kan. Selama ini ya ada juga sih novel remaja yang tetap bisa saya nikmati dengan nyaman, tapi ibarat mixer tuh ya kekuatan mengaduknya nggak full speed kayak novel JDE dan BR ini. Hahaha.

Kalau kamu baca blurb-nya, believe me, itu nggak seberapa dibanding keseluruhan kisah Nathan dan Katya sampe akhir. Masih banyak hal menarik lainnya yang bisa kamu temui dan ikuti. Siap-siap aja ya sediain sapu tangan buat menghapus air mata yang jatuh mengalir karena kesedihan mendalam atau karena nggak sanggup nahan ketawa.

Pokoknya, buku ini recommended mau dibaca oleh kalangan mana pun. Remaja hayuk, yang udah nggak remaja lagi juga hayuk deh. Ya kayak saya ini, meski udah bukan teenager lagi tapi tetep bisa merasakan ‘percikan-percikan’ ala abege itu karena si penulis memaparkannya dengan lugas dan memuaskan.

Favorite Quotes

“Kalau kamu merasa perempuan itu berharga, jaga dia. Jangan pernah kamu main-main sama dia. Jangan pernah bikin dan biarin dia nangis. Karena sekali kamu biarin dia nangis, orang lain yang bakal ngehapus air matanya.” — Kakek Nathan (hlm. 126)

Ada saatnya dia perlu mengerti dan menerima, bahwa sesuatu yang dia inginkan belum tentu bisa menjadi miliknya. Ada saatnya, di sadar bahwa sesuatu yang telah lewat tidak selalu kembali lagi. — (hlm. 149)

Cuma ada dua hal yang nggak bisa lo tutupin di dunia ini: bersin, sama cinta. — (hlm. 170)

Sakit rasanya melihat orang yang lo sayang tersakiti. Tahu kenapa? Karena cinta adalah dua tubuh, tapi satu jiwa. Maka, saat yang satu tersakiti, keduanya akan merasakan hal yang sama. — (hlm. 193)

Dan Nathan sudah bersumpah. Mulai saat ini, Katya adalah jantungnya. Katya adalah satu-satunya alasan Nathan tidak akan bunuh diri. Katya adalah alasan Nathan tidak akan meloncat dari jembatan layang saat ini juga. Katya adalah satu-satunya alasan Nathan merasa hidup. Katya adalah satu-satunya hal yang membuat Nathan merasa diinginkan. — (hlm. 201-202)

“Saat aku melihat tubuhnya terguyur hujan di tengah dinginnya malam, saat dia rela berdiri di tengah derasnya hujan, sesuatu di dalam sini rasanya hangat. Dipenuhi kebahagiaan. Karena saat itu, aku tahu. Dia memang bertahan untukku. Karena saat itu, aku tahu. Aku memiliki tempat di hatinya. Karena saat itu aku tahu, bahwa aku berarti untuknya.” — Katya (hlm. 219)

“He is my loved one, and love is not something you can have. Love is something you show. Love is free, love cannot be controlled. When you feel like you own your loved one, you become overprotective. You tied them way too tight. And then, love will leave you, because that is what love do when you tied them way too tight. And of course I don’t want him to leave, isn’t that obvious?” — Katya (hlm. 233-234)

Waktu sudah berjalan, dan ia tidak berjalan mundur. Ia akan tetap maju, seberapa keras pun manusia membuatnya berjalan mundur kembali. Lucu, bukan? Waktu yang bahkan tak jelas bentuknya bisa menghancurkan banyak hal yang menurut manusia sangat berharga. Rasa kehilangan, kebahagiaan, kesedihan, semua bisa diambil oleh waktu secepat ia memberikannya. — (hlm. 275)

“Cowok ngehindar, tuh, cuma karena dua hal. Pertama, dia bosen. Dia mau mutusin lo, tapi dia pengecut. Jadi dia ngehindar, dengan harapan lo bakal capek sendiri kemudian mutusin dia. Kedua, karena dia benar-benar enggak pernah niat sama lo. Karena dia benar-benar enggak ngerasa pernah ngebangun apa pun sama lo. Dia enggak ngerasa ada yang perlu diselesain. Jadi, dia pergi gitu aja.” — Agatha (hlm. 279)

Karena terkadang, seseorang menjauh bukan karena dia berhenti peduli, tetapi lelah karena kepeduliannya sudah disia-siakan. Karena dia ingin berhenti tersakiti. — (hlm. 307)

“Enggak semua hal bisa diubah, sekali pun lo udah berusaha. Karena hal-hal itu terjadi bukan tanpa alasan. Dan, alasan tuhan adalah yang terbaik, Kat. Lo harus percaya.” — Agatha (hlm. 309)

“Itu udah hukum alam, Di. Lo akan menjauh dari apa yang bikin lo sakit. Udah kodratnya begitu. Bahkan, dari bayi kita udah diajarin, kalau ada sesuatu yang bikin kita sakit, we shouldnt touch it. Bukannya sama dengan apa yang gue lakukan sekarang?” — Katya (hlm. 332)

Seperti kata orang, jika kamu tidak bisa memperbaiki sesuatu, biarlah waktu yang memperbaikinya. Karena kadang-kadang waktu adalah obat terbaik yang seseorang punya. — (hlm. 338)

OVERALL RATING
★★★★★

---

GIVEAWAY

Kamu mau menangin buku ini secara gratis? Sudah tersedia 1 eks novel Bad Romance untuk 1 peserta beruntung dari blog ini. Simak syarat dan ketentuannya sebagai berikut:

1. Peserta mempunyai alamat kirim di wilayah Indonesia.

2. Follow blog ini melalui akun atau bisa juga lewat e-mail. Klik tombol follow di sidebar kanan paling bawah.

3. (Bagi yang punya twitter) Follow akun twitter @DARemaja @PenerbitMizan dan @murniaya.

4. (Bagi yang punya instagram) Follow akun IG penerbit di @pastelbooks.id dan akun penulis di @equitamd. Kalau mau sekalian follow akun saya @murniaya juga boleh hehe 😀

5. Sebarkan info dan link giveaway ini di media sosial punyamu, bebas mau di mana saja. Jangan lupa cantumkan hashtag #BadRomancedan mention akun-akun di atas.

6. Di kolom komentar, tulislah jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan dengan menyertakan nama kamu, domisili, akun media sosial atau alamat e-mail (agar kamu bisa dikabari jika menang nanti), serta link share.

Pertanyaan:

Setelah kamu baca review di atas, apa yang bikin kamu kecantol banget sama novel ini?

7. Giveaway ini dibuka dari tanggal 15 Januari 2017 hingga tanggal 19 Januari 2017 pukul 23:59 WIB. Iya, kamu nggak salah lihat. Giveaway ini berlangsung selama 5 hari saja. Makanya, buruan ikutan yuk! 😉

Pengumuman pemenang nantinya akan saya lakukan melalui new post di blog ini dan dikabari dari mention di twitter atau e-mail langsung ke pemenang. Pengumuman diusahakan di-post secepatnya atau paling lambat 3 hari setelah giveaway resmi ditutup.

Masih adakah rule yang kurang jelas? For fast response, jangan sungkan tanya langsung ke saya melalui mention di twitter @murniaya.

Nah, tunggu apa lagi? Ini cuma berlangsung selama 5 hari, lho! Yuk pada ikutan jawab dan jangan lupa berdoa, ya. Semoga keberuntungan kali ini berpihak pada kamu. Iya, kamu! 😉