20 Bookish Facts About Me – Giveaway Challenge

B0g0RlrIgAIX7LE

Hai hai semuanya!

Beberapa minggu lalu saya sempat lihat di timeline twitter, ada giveaway challenge yang meminta pesertanya untuk bikin ‘pengakuan’ alias membeberkan fakta tentang dirinya sendiri, seberapa bookish sih kita ini sebagai orang yang doyan baca dan berkutat dengan dunia buku? Hadiahnya juga oke banget. Siapa cobak yang nggak mau ikutan? 😛

Walau pun baru sempat post sekarang, yang penting masih sempat ikutan sebelum periode giveaway-nya kelar. Sayang lho kalau kesempatan bagus yang berhadiah pula kayak gini disia-siakan. Menang atau kalah urusan belakangan, yang penting ikutan dulu. Sekalian ramein blog nih, atau mungkin ada yang diam-diam mau lebih mengenal saya #ehem, silakan dibaca beberapa fakta tentang saya di bawah ini. XD 😛

Okay, here they are! 20 bookish facts about me:

  1. Awal mula aku suka dengan dunia baca fiksi roman dan mulai ketagihan baca buku genre lainnya adalah waktu aku masih SMP gara-gara temanku minjemin novel teenlit berjudul Kana di Negeri Kiwi.
  2. Kalau ditanya lebih suka yang mana antara baca via buku cetak atau ebook, both of the are just fine, selama ebook-nya bisa dibuka di handphone. Because it’s so hard for me to read and getting stuck in front of the screen for hours kalau baca via laptop. Tapi kalau ditanya soal mana yang lebih pewe dan dinilai pakai perbandingan, jadinya 60:40. 60 untuk buku cetak, 40 untuk ebook. No certain reason, mungkin soal kebiasaan aja karena selama ini lebih banyak menikmati versi buku cetak.
  3. Aku bukan termasuk pembaca yang picky soal genre bacaan. Aku suka semua genre, dari anak-anak sampai dewasa, dari roman hingga horor, dari fiksi sampai non-fiksi, dari biografi sampai buku rangkuman pelajaran.
  4. Novel pertama yang aku dapat sebagai hadiah dari penulisnya sendiri adalah novel Hujan dan Teduh karya Wulan Dewatra gara-gara waktu itu aku menang kuis review novel Harmoni. Itu yang jadi titik awal aku keranjingan buat ikutan kuis dan giveaway berhadiah buku di media sosial.
  5. Biasanya dulu aku ngabisin duit kira-kira Rp500.000,- per bulan untuk beli buku. Dodolnya lagi, dulu aku suka asal beli cuma karena cover-nya bagus tanpa ngecek dulu lewat goodreads atau blog review sebenarnya buku itu emang bagus atau nggak. Hasilnya ya aku sering ngerasa nggak puas sama beberapa buku yang ‘menipu’. Tapi semenjak suka ikutan kuis dan giveaway buku di media sosial, aku jarang banget keluar duit buat beli buku kayak dulu, karena alhamdulillah masih ada aja rejekinya dapet buku baru. Timbunan buku yang belum sempat kusentuh sampai saat ini ada 180 bukueven more maybe, I don’t know. Seingatku, dari 180 buku yang belum kusentuh itu ada 154/180 yang aku dapat dari hadiah kuis atau giveaway, dan ada 26/180 yang aku beli sendiri. Meski begitu, tetep aja masih ada banyak wishlist yang belum kesampaian.
  6. Aku bukan lagi pecinta komik sejak lulus SD. Pasalnya aku merasa kalau baca komik itu nggak ada kepuasan lagi karena serinya puanjang buanget dan 1 komik itu langsung tandas dibaca dalam waktu 15 menit saja. Padahal pas SD sering banget minjem di rental komik.
  7. Ada sebuah buku non-fiksi islami yang pernah aku baca dulu waktu masih SMP, judulnya Jangan Nodai Cinta. Cover-nya dominan warna pink, ada gambar 💜 yang ketumpahan tinta hitam. Buku itu yang pertama kali membuka paradigma aku sekaligus membuat aku lebih sadar kalau pacaran itu memang nggak boleh dalam Islam, banyak ruginya, apalagi dosanya. Thanks to you, pinky! Sayangnya, dulu buku itu aku pinjamkan ke perpus mushola di SMA. Niatnya supaya yang lain bisa ikut baca juga. Tapi setelah aku lulus aku lupa ngambil buku itu lagi. Padahal aku sayang banget sama buku itu. Nyeselnya masih sampai sekarang. Entahlah buku itu udah mencar ke mana. 😥
  8. Berhubung sekarang aku bukan lagi penganut relationship lewat pacar-pacaran, jadinya aku paling excited kalau ada buku fiksi dan non-fiksi bertema ta’aruf atau pernikahan. Salah dua yang paling aku favoritkan adalah Ayat-Ayat Cinta dan Jodoh untuk Naina.
  9. Penulis novel yang paling kufavoritkan saat ini adalah Karla M. Nashar, aliaZalea, Ika Natassa, Christian Simamora, Dahlian, dan Esti Kinasih. Kok lokal semua ya? Hehehe iya nih, soalnya aku kurang familiar sama buku-buku dan penulis-penulis dari luar negeri. Tapi Mbak Esti saat ini sangat menguji kesabaran penggemarnya karena novel Jingga untuk Matahari–buku ke-3 dari trilogi Jingga dan Senja–belum terbit juga sampai sekarang. Lama buanget. 😥
  10. Buku non-fiksi biografi favorit sampai saat ini adalah Panggil Aku KING oleh Robert Adhi Ksp terbitan Kompas. Sebuah buku biografi tentang pahlawan badminton di era 70an-80an, Liem Swie King, the living legend from Indonesia. Soalnya aku kan suka banget sama badminton.
  11. Hadiah buku terjauh yang pernah aku dapatkan–atau lebih tepatnya aku menangkan–adalah novel Stolen Songbird yang dikirim oleh penulisnya sendiri, Danielle L. Jensen, dari Kanada. Thank you so much!
  12. Suka baca kumcer tapi langsung pusing pas selesai baca. Pusingnya itu karena bingung gimana mau review-nya. 😛 Aku paling susah bikin review buku kumcer apalagi kalau itu antologi, yang penulisnya ada banyak, bukan ditulis oleh satu orang saja. Pernah ujung-ujungnya aku review-in satu persatu cerpennya. XD Kayak review-ku di kumcer Cerita Cinta Kota terbitan PlotPoint.
  13. Aku anti banget buat minjemin bukuku sama temen yang nggak bisa ngejaga fisik buku. Misalnya yang pas baca itu kertasnya dilipat-lipat sebagai batas bacaan, atau bookmark-nya dihilangin, atau lembar-lembarannya diputar ke belakang sampai sampulnya bengkok keriting dan lem di dalamnya amburadul. Sekali pun itu besties-ku sendiri yang juga kutu buku mau minjem, kalau dia nggak bisa sayang sama buku itu ya nggak bakal aku pinjemin. Bodo amat deh kalau dia mau marah. Apalagi setelah tahu kalau dia sering nggak balikin buku kalau minjem. Nggak pakai keasadaran sendiri buat balikin. Mesti ditagih-tagih mulu. Temenku yang satu lagi udah pernah jadi korbannya. Malahan dia bilang gini: “Sorry, bukunya udah nggak tahu lagi ke mana, lupa naruhnya di mana, kayaknya aku bawa pas mudik deh. Ketinggalan di sana. Udah lama banget sih itu.” Preeettt!
  14. Pernah ngehabisin duit sebanyak Rp600.000,- bahkan lebih, langsung ludes pas sekali masuk ke toko buku dan bazar buku dalam sebuah mall gara-gara harganya pada miring dan banyak buku incaran. Yang susah itu pulangnya karena harus bawa dua kantong penuh berisi buku–ada kali ya totalnya belasan buku–dan pas ditenteng berat buanget. Nggak cuma habis buat buku sih. Aku juga suka latah beli ini-itu kalau masuk ke area stationary, bagian favorit yang rasanya pengin dibeli semua tuh pada unyu-unyu.
  15. Awal aku mengenal seri Twilight Saga dari nonton filmnya yang Twilight. Setelah tahu kalau itu berasal dari tetralogi novel karangan Stephanie Meyer, aku jadi tertarik buat baca versi novelnya. Aku baru kesampaian beli novelnya pasca film New Moon rilis. Tapi, aku malah beli urutan seri novelnya secara terbalik. Aku beli Eclipse (#3) dan Breaking Dawn (#4) duluan–soalnya dua buku itu lebih mahal sih daripada yang #1 dan #2, mumpung ada duitnya ya dibeli duluan deh. Tapi bacanya di-pending dulu, #3 dan #4 nggak aku baca sampai aku berhasil beli yang Twilight (#1) dan New Moon (#2) juga. Pas udah lengkap, puas banget baca maraton selama seminggu buat ngabisin 4 buku itu.
  16. Seri horor favoritku dari SD sampai sekarang masih nggak berubah. Belum ada yang bisa menggantikan tahta seri Goosebumps dari R.L. Stine di hatiku. Malah aku suka baca itu malem-malem sebelum tidur. Mungkin itu salah satu faktor yang bikin aku dibilang sebagai salah satu anak yang nggak penakut dan udah berani nunggu rumah sendirian meski dulu masih SD/SMP.
  17. Pernah berantem sama besties pas SMP dulu gara-gara rebutan demi minjem novel Eiffel… I’m in Love!!!. Masalah makin runyam pas aku tahu kalau ternyata dia naksir sama temen PDKT-an aku. Situasinya jadi mirip kayak Tita-Adit-Uni di novel itu. XD Habis itu malah geli sendiri. Cuma gara-gara sebuah novel bisa bikin kita berantem sekaligus baikan lagi.
  18. Waktu lagi kena demam hallyu wave di kelas 11 dan jadi penggila drama Korea, aku jadi suka ngoceh sendiri pakai bahasa Korea. Aku nekat ngerogoh kocek buat beli 1 buku Kamus Saku Korea-Indonesia // Indonesia-Korea, 1 buku Kamus Standar Korea-Indonesia, 1 buku Percakapan Bahasa Korea Sehari-Hari, dan 1 buku Belajar Bahasa Korea untuk Pemula beserta CD-nya. Semuanya aku khatamkan dalam waktu 2 minggu deh kalau nggak salah. Aku belajar bahasa Korea secara otodidak, baik dari pengucapan dan penulisan hangeul, melalui 2 buku panduan tersebut. Nggak pernah ngambil kursus apa pun. Mereka itu termasuk buku kesayanganku yang masih sering aku buka kalau aku lupa pola kalimatnya. Tapi sayangnya sampai sekarang aku belum fluent speking Korean.
  19. Kebiasaanku memberi treatment pada buku-bukuku yang baru aku dapat atau beli adalah mengisolasi seluruh pinggiran cover-nya dengan selotip bening. Meski aku sayang sama buku, tapi jujur aja, aku nggak pernah ngebajuin bukuku pakai plastik bening atau menyelipi karton di balik sampulnya kayak bookish lainnya karena itu lebih boros bahan, lebih mahal–ketimbang segulung selotip yang bisa dipakai untuk puluhan cover buku–dan belinya juga jauh. Awalnya kuberi selotip gunanya untuk mencegah pinggiran cover jadi keriting dan ngelupas gara-gara kena keringat di tangan. Tapi itu juga berguna supaya ujung-ujung cover buku nggak mudah robek dan/atau terlipat.
  20. Treatment pada bukuku itu bukan soal bagus atau nggaknya, yang penting budget-nya murah dan simple. Termasuk soal bookmark. Kadang heran juga sih, jaman sekarang masih ada aja buku yang nggak ada bookmark dari sononya. Bagi buku yang nggak disediakan bookmark, maka selalu aku selipkan bookmark sederhana yang aku bikin sendiri. Nggak sebagus kayak turorial di internet yang ada bentuk heart gitu sih, tapi ini murni ideku sendiri. Bahannya cuma kertas brosur bekas, gunting atau penggaris untuk membelah brosurnya, dan selotip atau double tape. Aku sengaja ngumpulin brosur-brosur bekas atau kertas yang agak tebal dengan permukaan licin untuk aku gunting dan lipat jadi bookmark. Potong brosur dengan ukuran persegi–besarnya sesuai selera saja–kemudian dilipat 2x atau 3x sehingga bentuknya jadi ramping memanjang dan cukup tebal sebagai bookmark di tengah buku. Ya udah, tinggal kasih selotip atau double tape deh sebagai perekat lipatannya. Mudah kan? 😀

Nah, demikianlah 20 fakta tentang aku dan dunia bukuku. Semoga tips di 2 poin terakhir bisa bermanfaat juga buat kalian yang males nyampul buku atau beli bookmark yang udah jadi di toko buku. Maaf kalau ada salah-salah kata. Terima kasih untuk kesempatan ikutan giveaway-nya. 🙂

Buat teman-teman yang lain, mungkin ada yang mau ikutan share tips sederhana lainnya yang biasa kalian lakukan terhadap buku-buku kalian atau mungkin punya kesamaan fakta kayak aku? Hehehe. 😀



Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway #20BookishFactsAboutMeGA

bookish fact

Click this picture to get more information about this giveaway challenge

8 thoughts on “20 Bookish Facts About Me – Giveaway Challenge

  1. Jingga untuk matahari udah ada versi ebook nya kok kak 🙂 #JustInfo

    Like

    • Kalau yang itu aku sudah tahu. Malah bisa di-download bebas di berbagai portal novel online. Tapi apa kamu yakin itu emang buatan Mbak Esti? Kalau pun iya, rugi banget dong Mbak Esti-nya kan.

      Banyak yang bilang kalau itu semacam fanfiction, cuma buatan fans-nya Mbak Esti. Bukan official. Malah aku juga sempat baca salah satu post seseorang di grup EstiKinastic yang bilang bahwa seri itu nggak jadi dibikin trilogi, melainkan nambah 2 lagi jadinya 5 seri. Katanya dia dapat kabar itu dari Mbak Vera (editor). Naskah JUM sengaja nggak dikasih dulu ke penerbit karena Mbak Esti mau nyelesaiin sampai buku ke-5, setelah itu baru dia serahkan semuanya supaya nanti selang waktu terbitnya nggak terlalu lama.

      Like

  2. Hampir sama ma poin 13.. Tapi aku jangankan teman, saudara atau sepupu sendiri yang aku dapat minjam buku terus dilipat terus hilangin pembatas bukunya, pasti langsung aku masukin ke black list.. #rasanyasedikitjahat ^_^))”>

    Like

    • Hmm, aku malah nggak pernah minjemin ke sepupu. Soalnya mereka nggak ada yang freak baca kayak aku hihihi. Eh, pernah ding ada sepupu yang mau minjem pas dia lagi liburan ke sini, tapi katanya kalau dia pinjem itu mau dia bawa mudik ke kampung. Beeeuuuhhh, enak aja! Jaminan apa yang bisa ditawarkan kalau dia sayang sama buku itu dan nggak akan dia pinjemin ke mana-mana lagi? You know lah, orang yang minjem itu kan suka minjemin lagi ke temennya, trus temennya minjemin lagi ke temennya, blablabla. Suka gitu kan. Ujung-ujungnya tuh buku nggak tahu lagi ada di siapa. Mana kemungkinan ketemunya 2 tahun lagi sama sepupuku itu. So, it’s a big no from me. :/

      Like

  3. Busyet! Itu lebih dr 75% timbunan bukunya hasil menang kuis ya? 😱
    Kasih tips dong gmn bisa menangin segitu banyak buku! 😉

    Like

    • Hihihi iyaaaaa *jadi malu*

      Tips? Aduh, apa yaaaa? Selama ini aku nggak pakai trik khusus untuk bisa menangin kuis. Tapi kalau aku biasa nyaranin teman-teman yang lain, untuk bisa rutin menang itu tentunya harus rajin ikutan kuis di berbagai event. Sediakan catatan untuk mencatat event apa saja yang akan datang dan menandai event mana aja yang belum diikuti. Jadi bisa teratur dan nggak sampe kelupaan sehingga kelewat banyak event.

      Prinsipnya: makin banyak ikutan, makin besar kesempatan untuk bisa menang banyak. Selain itu harus kasih sesuatu yang memang kreatif dan kalau bisa out of the box supaya jawaban atau hasil karya kita nggak mainstream dengan peserta lain. Biasanya juri suka pilih yang beda sendiri. 🙂

      Liked by 1 person

Leave a comment