[Review] Desperately in Love by Irin Sintriana

Desperately in Love

Judul: Desperately in Love
Penulis: Irin Sintriana
Penerbit: Penerbit Cakrawala
Penyunting: Gari Rakai Sambu
Pemeriksa Aksara: Tika Yuitaningrum
Tata Letak: Dini Komandoko
Desain Sampul: Mahar Mega
Tebal: 140 Halaman
Cetakan: Pertama (2014)
ISBN: 978-979-383-244-9
Genre: Romance, Traveling

BLURB

Tiba-tiba saja Senja mendapat kabar baik: impiannya berlibur ke tempat-tempat eksotis di Eropa terwujud. Namun sialnya, perjalanan itu harus ia lalui bersama lelaki paling menyebalkan di muka bumi.

Langit, lelaki itu, lebih dingin dari salju Gunung Titlis. Kesombongannya lebih menjulang dari Menara Eiffel. Namun siapa sangka jika pria itu memiliki daya pikat semanis gelato, yang membuat Senja bertekuk lutut?

Akankah kisah mereka sehangat temaram mentari Lucerne? Mampukah udara Eropa menyatukan hati keduanya?

*

Suka dengan ide yang diangkat Irin, traveling and love. Bukan hanya mengajakmu menyusuri kota-kota romantis di Eropa, namun juga mengajakmu mengintip kisah mengharukan Langit dan Senja.”Yoana Dianika (Penulis novel Last Minute in Manhattan dan Pandangan Pertama)

“Kisah Langit dan Senja menjelma dengan begitu manis di Eropa. Irin berhasil membuat kita terbawa arus! Great!” — Sienta Sasika Novel (Penulis novel Inginku, Sweetest Thing, Happy With You)

REVIEW

“Luka yang kau simpan, sudahlah. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengemasi semua.” — (halaman 14)

Senja selama ini sangat mengimpikan bisa berlibur di Eropa. Betapa bahagianya ia dapat turut serta di perjalanan keliling Eropa dengan agen jasa tur milik Paman Ryan dan Tante Ilya. Bersama 14 orang lainnya, ia mengawali perjalanan dari bandara Soekarno-Hatta menuju Abu Dhabi terlebih dahulu.

Sebelum berangkat ke Abu Dhabi, Senja dikenalkan dengan anggota tur lainnya oleh Paman Ryan. Tapi, ada satu orang yang mencolok baginya, yaitu Langit. Sikapnya yang dingin dan jutek membuat Senja jadi tidak kerasan di perjalanan itu. Langit sering mengucapkan kalimat yang membuat Senja jengkel, sedangkan Langit merasa Senja seperti sedang mencari perhatiannya saja. Sampai suatu ketika semua skenarionya terungkap.

Di novel ini sebutkan kalau Senja sudah berusia 26 tahun sedangkan Langit berusia 27 tahun. Tapi, entah mengapa aku justru nggak merasa umur mereka demikian. Mungkin karena pengkarakteran atau latar belakang atau bahasa yang mereka gunakan masih kurang kuat untuk menunjukkan identitasnya. Atau mungkin karena desain sampul yang begitu unyu sehingga di bayanganku mereka itu seperti masih di usia 18-20 tahun. XD

“Umur nggak bisa dipakai untuk mengukur kedewasaan seseorang.” — Langit (halaman 34)

Romansa Langit dan Senja yang disajikan di sini terbilang sederhana dan lumayan singkat. Hanya dalam waktu 13 hari. Seiring waktu mereka sering bersama, Langit dan Senja makin tidak memahami perasaan masing-masing terhadap lawan jenisnya. Awalnya sering sinis-sinisan tapi lama-lama malah jadi nyaman. Nah, bagian (proses) inilah yang sangat aku nikmati ketimbang cerita pas mereka lagi wara-wiri ke sana ke mari.

“Ada perasaan aneh yang menyergap relung hati Senja saat tangab itu melingkar di pergelangan tangannya. Perasaan yang sulit ia definisikan, namun cukup memberinya keyakinan bahwa ia akan dapat sampai di puncak menara bersama Langit. Lelaki itu seolah telah memberinya sebuah sayap untuk terbang.” — (halaman 55)

Kalimat terakhir di kutipan itu agak janggal deh. Kalau cuma sebuah sayap, artinya sayapnya cuma ada sebelah. Kalau cuma sebelah, ya mana bisa terbang tho? Kalau ditulis “sepasang sayap” baru terasa lebih pas.

Jika disebutkan bahwa buku ini gabungan antara traveling and love, itu memang benar. Tetapi, bagiku yang lebih mencolok adalah jalan-jalannya daripada kisah cintanya. Chemistry antara Langit dan Senja masih kurang tereksplor. Sebenarnya buku ini cocok juga sebagai panduan wisata buat kalian yang juga punya impian buat berlibur ke Eropa.

Menarik sekali deskripsi perjalanannya. Tiap sub bab diberi judul seperti rute yang mereka lewati di bab itu. Misalnya: Jakarta – Abu Dhabi, Abu Dhabi – Roma, Roma – Pisa, dan seterusnya. Tak hanya itu, deskripsi dari nama-nama tempat menarik, bangunan ternama, jalanan yang ditelusuri, objek wisata terkenal, dan hal-hal lainnya juga dijelaskan dengan sangat apik. Banyak pengetahuan yang bisa aku dapatkan tentang objek wisata di Eropa melalui buku ini. Apalagi ada catatan kakinya. Kalau ada istilah yang nggak dimengerti atau ada deskripsi lebih lanjut, langsung ada penjelasannya di bawah. Ini sangat membantu.

Kalau aku pribadi, kalau kesampaian suatu hari bisa jalan-jalan ke Eropa, kayaknya aku bakal ambil rute yang sama dengan isi buku ini. Lalu buku ini juga wajib kubawa supaya bisa merangkum tempat-tempat menarik apa saja yang wajib dihampiri. 😀

“Semua orang tua pasti ingin melihat anaknya bahagia, Lang. Kalau bukan sekarang, nanti mereka juga pasti akan mengerti kalau kebahagiaan kamu ada di dunia musik.” — Senja (halaman 63)

Koreksi sedikit ya. Kata ‘orang tua’ harusnya tidak diberi spasi jika merujuk pada parents. Dalam hal ini kan orangtua kandungnya Langit yang nggak setuju dengan cita-cita Langit. Kalau ‘orang tua’ yang dikasih spasi artinya orang yang sudah tua seperti uwak, om, tante, kakek, nenek, dan sebagainya.

“Mengenai mantan kekasihmu, kurasa dia hanya belum sadar kalau kamu keren.” — Senja (halaman 68)

Oke, beralih ngomongin soal Langit ya. Langit punya passion di bidang musik, tapi sayangnya orangtuanya tidak merestui apa yang dipilihnya itu. Langit juga punya masa lalu yang memilukan. Mantan kekasihnya yang begitu dicintainya malah pergi meninggalkannya begitu saja dan lebih memilih lelaki lain.

“Cara terbaik untuk melupakan seseorang adalah dengan jatuh cinta lagi, begitulah kata-kata yang pernah Langit dengar.” — (halaman 105)

Anyway, aku suka loh dengan karakternya Senja. Hal-hal sederhana yang ia lakukan mampu melelehkan kedinginan hati Langit. Gestur-gestur kecil yang ditunjukkannya juga menggemaskan bagi para lelaki. Tindakan spontan dari Langit kepada Senja juga bisa bikin pembaca degdegser. Hal ini semacam saling melengkapi satu sama lain. Apalagi dengan penggunaan sudut pandang orang ketiga, sehingga aku bisa lebih memahami apa yang mereka rasakan. Tapi, ya itu deh, sayangnya koneksi Langit dan Senja masih belum tergali lebih dalam.

“Kita tidak pernah tahu kapan dan di mana cinta itu akan jatuh pada kita. Seperti apa rupa seseorang yang pada akhirnya membuat hati kita berdebar, atau kepada siapa kita dengan rela menyerahkan hati kita dengan kemungkinan akan ia jaga, atau ia beri luka. Kita juga tidak akan pernah bisa mengingkari rasa yang terlanjur tumbuh di hati kita, atau menyuruh hati kita untuk dapat atau tidak dapat jatuh cinta pada seseorang. Cinta tidak mengenal perbedaan. Ia hanya mengenal hati yang ia tuju.” — (halaman 116)

Oh ya, di sini banyak sekali nama tokoh yang disebutkan. Tapi, yang paling aku ingat cuma Senja, Langit, Paman Ryan, Tante Ilya, Lea, Kristal, dan Ve. Sisanya terasa seperti angin lalu. Terlalu banyak nama tokoh yang muncul namun tidak terlalu banyak terlibat dalam cerita utama, alias cuma jadi pemeran pendukung malah terasa membingungkan. Ini siapa? Itu siapa? Ini siapa lagi? Ini tadi yang mana ya? Loh, kok ada ini juga?

Bisa dimaklumi sih, soalnya kan ini tentang perjalanan tur yang beranggotakan banyak orang. Totalnya 15 orang kalau nggak salah ya. Tapi, kurasa lebih baik kalau tidak perlu disebutkan/dijelaskan semua namanya ini siapa dan itu siapa. Ambillah 1 atau 2 orang saja yang memang punya peran penting dan terkoneksi dengan hubungan antara Senja dan Langit sehingga perannya di situ tidak hanya jadi angin lalu. Ada Ve saja sebagai Teman dekat Senja kayaknya sudah sangat cukup.

Novel ini sangat disarankan bagi pembaca yang mau menyimak kisah romansa ringan dan menambah referensi tujuan wisata menarik di Eropa. Aku aja sempat penasaran nantinya hubungan Langit dan Senja akan berakhir seperti apa di ending novel ini? Akan berakhir setelah perjalanan selesai atau bagaimana? Yah, siapa tahu juga kan kalian jadi kepengin jalan-jalan ke Venice, Eiffel Tower, Menara Pisa, dan lain-lain setelah baca ini. 😉

OVERALL RATING

★★★☆☆

2 thoughts on “[Review] Desperately in Love by Irin Sintriana

  1. Reviewny lah kubaca dan yahhh emang kerenlah reviewan mu cek hha detail sampe ke akar-akarnya.ak suka^^ mgkin klo kak irin bacany lebih suka lgi mgkin review yg sprti in yg dmksd kak irin kmren”.

    Like

    • Makonyo yu, belajarlah buat review kalo kau nak dapet chance ‘lemak’ haha. Minimal punyo akun goodreads dulu biar biso nulis review di sano. Dak perlu nak langsung di blog nian kalo belum yakin bakal terurus. 😛

      Like

Leave a comment