Yeay! Tibalah kita di posting-an yang ke-3 yang selalu kalian tunggu-tunggu pastinya. Who doesn’t want a giveaway, huh? I know you want it so bad, don’t you? Hayooo ngaku! 😛
Saya sarankan, untuk memperbesar kesempatan kamu menangin buku ini, sebaiknya kamu mengikuti semua giveaway dari semua host yang deadline-nya masih dibuka. Makanya, kamu harus ikutan giveaway di blog ini juga, ya! 😀 Silakan nanti kamu kunjungi blog dari host lainnya. Daftarnya saya cantumkan di bagian akhir tulisan ini.
Penerbit TWIGORA dan Bang CS sudah menyiapkan satu eksemplar novel TYPO untuk satu pengunjung yang beruntung di blog saya, dikirim langsung oleh penerbit ke alamat rumah kamu lho. Kamu mau ikutan? Caranya mudah kok. Yuk simak syarat dan ketentuannya berikut ini.
***
1. Giveaway ini berlaku untuk semua warga Indonesia atau yang mempunyai alamat kirim di wilayah Indonesia.
2. Follow blog ini melalui akun wordpress/gravatar punyamu atau dari e-mail. Klik tombol follow di sidebar kanan paling bawah.
3. Follow akun twitter penerbit @TWIGORA, penulis @09061983, dan host @murniaya.
4. Bagikan link giveaway ini di media sosial punyamu, bebas mau di mana saja. Jika kamu share di twitter, cantumkan hashtag #TYPOsimamora dan mention 3 akun di atas.
5. Silakan disimak dahulu interview bareng Bang CS dan review novel TYPO, kalau mau kasih komentar di sana ya boleh banget, tapi nggak wajib kok. 🙂
6. Jawab pertanyaan berikut ini pada kolom komentar di bawah dengan menyertakan nama, domisili, akun twitter atau alamat e-mail (agar bisa dikabari nantinya saat menang).
Kamu pilih yang mana:
A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja
… atau …
B. Memperjuangkan perasaanmu meski taruhannya adalah karirmu sendiri
Sertakan alasannya juga ya!
7. Pemenang ditentukan berdasarkan isi jawabannya, bukan dari random. Jadi, berikanlah jawaban terbaikmu.
8. Giveaway ini berlangsung selama seminggu saja, dibuka hingga Senin depan tanggal 03 Oktober 2016 pukul 23:59 WIB.
Pengumuman pemenang nantinya akan saya lakukan melalui new post di blog ini dan saya kabari melalui mention di twitter atau e-mail langsung ke pemenang. Pengumuman diusahakan secepatnya atau paling lambat 3 hari setelah giveaway resmi ditutup.
Masih ada yang bingung atau ada rule yang kurang jelas? For fast response, jangan sungkan tanya langsung ke saya melalui mention di twitter @murniaya.
Nah, tunggu apa lagi? Yuk pada ikutan jawab dan jangan lupa berdoa, ya. Semoga keberuntungan kali ini berpihak pada kamu. Iya, kamu! 😉
Blog tour novel TYPO diadakan selama 10 hari dengan jadwal sebagai berikut:
• 16 September: Athaya Irfan
http://theboochconsultant.blogspot.co.id
• 18 September: Luckty Giyan Sukarno
http://luckty.wordpress.com
• 20 September: Nina Ridyananda
http://thebookaddictdiaries.blogspot.co.id
• 22 September: Destinugrainy
http://destybacabuku.wordpress.com
• 24 September: Oktabri Erwandra
http://irbatko.wordpress.com
• 26 September: Aya Murning
https://murniaya.wordpress.com
• 28 September: Wardahtuljannah
http://melukisbianglala.wordpress.com
• 30 September: Sri Sulistyowati
http://www.kubikelromance.com
• 2 Oktober: Shen Meileng
http://thecutegeek.blogspot.co.id
• 4 Oktober: Asri Rahayu MS
http://peekthebook.blogspot.co.id
mariyam
surabaya
@mariyam_elf
mariyam.riya96@gmail.com
pilih yg B, karena yg namanya cinta ya harus diperjuangkan walau apapun resikonya. klo udh berjuang kan pastinya nanti ada jalannya, yg penting tetap pada takaran yg pas, artinya gak berlebihan bget dlm berjuang. klo yg di perjuangin aja gak mau, ya ngapain berjuang. tp klo ada tanda-tanda org itu juga ada rasa, maka pantang menyerah.
LikeLike
Nama: Nurwahidah Ramadhani
Domisili: Medan
Akun twitter: @wawha_cuza
Email: wawcuz@gmail.com
Cinta memang sangat berharga namun kita harus berhati-hati dalam memahaminya. Yakini terlebih dahulu itu benar cinta atau perasaan lain seperti kagum, sayang. Kalo aku lebih milih yang pertama. Mengabaikan perasaan demi profesionalitas kerja. Sebenarnya bukan mengabaikan sih namun memisahkan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi. Saat kerja ya harus profesional dengan siapapun dan kerjaan apapun yang kita pilih. Lucu aja kalo kita galau-galau di tempat kerja karena si doi. Belum tentu dia galau juga. Intinya komunikasi sama dia, kalo kita cinta dan dia juga cinta dan mau saling terbuka mengenai prinsip-prinsip dalam berhubungan, itu nggak bakal jadi masalah kok.
LikeLike
Nama: Rohaenah
Domisili: Jakarta
Twitter: @rohaenah1
Email: rohainalilis@gmail.com
Jawaban: saya pilih B
Semua sah dalam urusan cinta,jadi selama memungkinkan saya akan memperjuangkannya. Tak akan ada yg sia2 selama kita berusaha. Bukankan perjuangan kita juga tujuannya untuk masa depan yg lebih baik? Yg penting punya batasan diri agar bisa meminimalkan resiko yg akan merusak karir kita. Usahakan ada keseimbangan antara perjuangan perasaan dengan profesionalisme kerja.
LikeLike
Nama: Hapudin
Domisili: Cirebon
Twitter: @adindilla
Email: hapudincreative@gmail.com
Jawaban: Saya pilih A. Mengabaikan perasaan demi profesionalitas. Saya adalah orang yang percaya “kalau takdir jodoh tidak akan kemana”. Bukan tidak memperjuangkan ya, hanya menunda saja. Kalau sudah cukup mapan, baru perjuangkan.
Bayangkan saja jika memilih pilihan B. Ketika sudah diperjuangkan lalu menganggur. Hei, cinta tidak bikin hubungan aman dan mulus, perut tidak akan kenyang hanya dengan cinta. Karir tetap yang utama untuk menopang cinta. Jadi sebenarnya hanya soal prioritas saja. Kapan memilih karir, kapan memilih cinta.
Yakin mau cinta dulu baru karir? Telat banget untuk bahagia ke depannya… 🙂
LikeLike
Nama: Ainhy Edelweiss
Twitter: @princeesAsuna
email: nuraeniamir7@gmail.com
domisili: Makassar
jawaban:
Aku akan memilih pilihan B.
Memilih memperjuangkan perasaanku dan meninggalkan karirku.
Kedengarannya memang nekad dan terlihat bodoh. Bodoh karena sangat klise memperjuangkan perasaan, tapi mendengar pertanyaan ini di blog kak Aya, membuat gue baper dan bernostalgia kembali.
Dari pengalaman, aku udah memilih A, dan hasilnya apa yang kudapatkan? justru bukan kebahagiaan. Orang yang sangat kusayangi pada akhirnya tak dapat kumiiki karena karir yang kukejar. Memilih B memang cukup berat juga, tapi apakah aku sanggup menahan perasaanku sendiri? bagku, karir bisa dicari, asal kita mau berusaha, tapi bagaimana dengan perasaan yang kita miliki? perasaan itu bukan barang yang seenaknya datang dan pergi.
aduh,, maaf kak aya jdi baper sndri, haha… itu aja dari aku kak, sekian 🙂
LikeLike
nama: Emma
domisili: Riau
akun twitter: @emmanoer22
alamat e-mail: amrelisha(at)gmail(dot)com
jawaban B, memperjuangkan cinta, pertama karena aku pernah mencoba mendahulukan karir dan impianku, pada akhirnya aku melepaskan seseorang yang mencintaiku, peduli dan serius padaku. Karir itu akan mengikuti jika kita mampu, tapi cinta dan waktu nggak akan mau menunggu karena perasaan bukan harga mati yang tidak bisa berubah, tapi dia bisa berubah dalam sekejapan mata. Sedangkan profesionalitas itu, diri kita sendiri yang membentuknya. Lagi pula memendam cinta atau berpura-pura mengikhlaskan padahal bekerja dalam satu kantor apalagi defisi itu cuman makan hati. Dan belum tentu juga kantor melarang hubungan romance karyawannya kan ini?
LikeLike
Nama : Tri
Twitter : @tewtri
Domisili : Ciamis
E-mail : triwahyuni.irawan3@gmail.com
Saya pilih memperjuangkan perasaan meski taruhannya adalah karier sendiri. Anggapan tidak profesional jelas nggak enak buat didengar tapi, kehilangan cinta jauh lebih nggak enak untuk dirasakan. Menurut saya ini bukan karena saya egois. Karier; perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan dsb. Untuk siapa saya mencapai semua itu? Katakanlah untuk diri saya sendiri lalu untuk keluarga. Perasaan; rasa atau keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu. Membuat keluarga dan diri saya sendiri bangga atas pencapaian karier saya tentu menyenangkan. Tapi, kesenangan ini tuh beda dari perasaan senang yang ada karena cinta. Karier di era ini penting banget tapi, nggak pernah ada yang salah dengan sesekali berkorban untuk mendampingi seseorang mencapai kariernya. Jujur saja, rasanya pasti lebih membahagiakan saat saya bisa tampil sebagai sosok wanita yang hebat dibalik pria yang sukses. Ketika kita berani melepaskan, Tuhan pasti sudah siap sedia untuk menggantinya. Apa pun bentuk gantinya itu tentu lebih baik sebab nggak ada imbalan yang mengecewakan terlebih imbalan atas keberanian.
LikeLike
Elsita F. Mokodompit
@sitasiska95
Gorontalo
elsitafransiska@gmail.com
Dua-duanya bisa aku pilih tergantung situasi dan kondisinya. Tapi tentu saja profesionalitas itu nyaris menggandeng titel harga mati. Karena itu adalah salah satu ikrar dan panduan hidup yang harus kita junjung. Nggak bisa mencampurkan masalah pribadi dan pekerjaan. Aku akan memilih yang kedua jika aku tahu bahwa dia juga mencintaiku. Kalau nggak, aku akan pilih yang pertama. Mengabaikan perasaanku. Bukan karena cinta nggak layak diperjuangkan, tapi kalau sudah urusan hati, logika nggak boleh kita sepelekan. Aku merasa harus realistis. Apalagi ini taruhannya pekerjaan, tahu sendiri cari kerja itu sulit. Dipertaruhkan demi cinta yang nggak berbalas itu bunuh diri namanya. Kalau dia cinta aku, bersedia menikahi dan menafkahi, aku akan memperjuangkannya. Kalau nggak, ya nggak. Karena aku perempuan jadi aku akan berpikir sampai masalah terkait hitung2an (finansial). Karena selain taruhan pekerjaan yang berimbas pada pendapatan, karir yang kita perjuangkan sejak dari titik nol akan terasa nggak bermakna lagi kalau dibuang begitu aja tanpa pertimbangan yang matang.
LikeLike
Nama: Santi Rizkiyanti
Twitter: @santirizky95
Domisili: Banyuwangi
Email: santirizky95@gmail.com
Jika diharuskan memilih antara mengorbankan perasaan demi karir atau memperjuangkan dia, butuh waktu untuk menimangnya jika memang itu dua pilihan yang sulit. Tapi untuk saat ini, menurut saya pilihan kedua adalah yang terbaik. Ya. Memperjuangkan perasaan saya, lebih tepatnya yakin pada pilihan saya. Jika memang pilihan saya adalah sebuah kesalahan pada akhirnya. Maka, itu bukan sebuah akhir. Pasti dapat diperbaiki. Tidak ada hal yang kebetulan dalam hidup ini, termasuk sebuah kegagalan.
Jika hidup bersamanya berarti memenggal karir ku, maka mungkin aku harus berkarir bersamanya. Perbaiki dan jalani bersama.
Keduanya sangat penting, dan setiap orang memiliki prioritas dalam hidup mereka dan prioritas saya adalah dia. Ada sesuatu yang tidak akan pernah kita temui dalam sebuah karir atau pekerjaan, yaitu pasangan dan kasih sayang.
LikeLike
Nama: Ririn S
Tweeter:@perinduaurora
Domisili:Magetan, Jawa Timur
Email: airin3005@gmail.com
Sebenarnya pilihan yang harus dibarengi pikiran yang matang. Dan saya lebih memilih mengutamakan prosesionalitas kerja. Karena apa? Ada kalanya dalam sebuah perusahaan atau PT menginginkan karyawan yang statusnya masih single. Sebab, mereka ingin agar pekerjaan yang dikerjakannya itu benar-benar maksimal hasilnya. Dan ada kalanya kita diberi suatu kesempatan untuk membuktikan bahwa kita bisa sukses membawa perubahan dengan karir kita atau passion kita. Dengan syarat, kita tidak boleh menikah dulu, misalnya. Apalagi kesempatan itu belum tentu datang untuk kedua kalinya.Dengan begitu, mungkin cinta bisa datang dengan sendirinya.
LikeLike
nama : Mukhammad Maimun Ridlo
domisili : Sleman
akun twitter : @MukhammadMaimun
alamat e-mail : maimun_ridlo@yahoo.com
Kalau aku pilih yang A yah. Karena karier menurut saya lebih penting. Kalau memang dia menghambat atau tidak mengerti profesionalitasku dalam bekerja, maka aku mending mencari yang lain.
Perasaan bisa dibangun dengan seiring waktu dan karier yang menanjak
LikeLike
Nama : Vina Oktafiana Ningsih
Domisili: Jakarta Timur
Akun twitter: @wilaiueo
Alamat email : oktav2233@gmail.com
Aku lebih memilih yang A.
“Jodoh sudah diatur oleh Allah”. Itu kata kata yang muncul pertama kali saat aku baca pertanyaan ini. Perlu waktu 15 tahun di bangku pendidikan untuk membuat aku mencapai kesuksesan lalu saat aku sudah mencapai kesuksesan karirku aku ingin melepas nya begitu saja hanya karen seorang laki laki? Tentu saja tidak. Perasaan yang ku rasakan terhadap pasanganku tidak lah sebesar perasaan ku kepada orang tuaku. Janjiku kepada orang tuaku untuk mencapai kesuksesan, untuk membahagiakan mereka lebih penting dari apapun.
Jika memang dia jodohku, pendamping hidupku sampai aku tua nanti, pasti akan selalu ada banyak jalan yang akan membuat kita bertemu.
Tapi untuk saat ini aku lebih memprioritaskan orang tuaku dibanding diriku sendiri dengan mengesampingkan perasaan terhadap seorang laki laki.
LikeLike
Nama : hakimah putri
Alamat: bekasi
Twitter: @kimah_khimah
Email: hakimahputri@gmail.com
Aku akan pilih yg A
gak mungkin melepas karir yg sudah dicapai dengan susah payah hanya demi cinta. akan banyak pihak yg akan kecewa bila aku pilih yg B dan kalau memang kita berjodoh pada akhirnya akan tetap bersama
LikeLike
nama: Famia Kamilia
domisili: Bangkalan, Jawa Timur
akun twitter: @amifamia
alamat e-mail: amifamia@gmail.com
jawaban:
A. Mengabaikan perasaan terhadap si dia demi profesionalitas kerja. mengapa? karena “jodoh sudah ada yang ngatur” jadi sejauh apapun dia, jika kita berjodoh kita pasti akan bersatu lagi dan juga karena untuk mencapai sebuah pekerjaan tersebut juga memerlukan perjuangan yang tak mudah. seberat apapun aku memperjuangkan citaku, jika kita tidak berjodoh tidak akan bersatu.
LikeLike
Nama : Jawahirul Arifah
Domisili : Bogor
Akun twitter : @jawarifah
Email : djawakudus@gmail.com
Secara pribadi aku pilih jawab B . memperjuangkan cinta meskipun taruhannya karir. Jelas laaah. Kan cinta butuh pengorbanan kalo emang sama sama serius. Selain itu, semua ada waktu masing masing. Kaya saat ini waktu dimana harus memperjuangkan cinta. Setelah kemaren kemaren memperjuangkan karir dari bawahan sampe jadi atasan. Toh jika nanti harus ngulang atau ganti karir dari awal yaa ngga masalah. Lagian sekarang tujuan ngerintis karir buat apa coba ? Menyenangkan keluarga. Orang yg disayangi. Selain itu, untuk pasangan juga. Orang yg disayang, biar kata pasangan “bangga lhoo aku punya kamu, uda cantik lengkap sama mau berjuang sama sama dr bawah. You are limitied edition :)”
LikeLike
nama: Aulia
domisili: Serang
twitter: @nunaalia
e-mail: auliyati.online@gmail.com
Kamu pilih yang mana:
A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja
… atau …
B. Memperjuangkan perasaanmu meski taruhannya adalah karirmu sendiri
Sertakan alasannya juga ya!
Jawaban:
Aku pilih A.
Hidup itu memang harus profesional, terlebih dalam urusan pekerjaan. Disamping aku sendiri tidak suka taruhan karena itu dosa. Lagi pula sayang sekali jika harus melepaskan karir yg sudah di rintis dari awal, dan harus menjadi taruhan hanya karena perasaan.
Cinta memang harus diperjuangkan, tapi bukan berarti harus mempertaruhkan apa yg sebelumnya kita perjuangkan, dalam hal ini karir. Cinta yg benar adalah cinta yg tidak mengorbankan/mengabaikan apa yg telah kita perjuangkan (karir), juga keluarga.
Cinta akan datang jika saatnya telah tepat, dan jangan pernah takut karena jodoh tidak akan kemana.
LikeLike
Aku pilih yang “A”..
Cinta sih cinta tapi jika berurusan dgn dunia kerja, setidaknya bersikap profesional itu perlu. Meski bukan keputusan yang tepat dan menyakitkan, setidaknya aku bersikap normal dan biasa untuk memperjuangkan martabatku sebagai wanita. Wanita itu sepatutnya untuk di kejar dan di perjungkan bukannya mengorbankan harga dirinya demi cinta itu pun masih banyak hal yg di pikirkan karena banyaknya ‘typo’ di sana sini yanh membuat ragu. Nah, aku gunakan saja sikap profesional jadi tameng mengetes keseriusan dari seorang lelaki sejati. Lagian ngapain kita ngorbanin pekerjaan dan masa depan kita yg sudah tertata matang ke dalam ketidakpastian cinta. Terus terang, cara yg aman adalah biarlah hidupku mengalir seperti apa adanya tanpa aku utak-atik, karena pada waktu yg tepat nanti pasti akan datang seseorang yg menjadikanku seorang yg di spesialkaCinta sih cinta tapi jika berurusan dgn dunia kerja, setidaknya bersikap profesional itu perlu. Meski bukan keputusan yang tepat dan menyakitkan, setidaknya aku bersikap normal dan biasa untuk memperjuangkan martabatku sebagai wanita. Wanita itu sepatutnya untuk di kejar dan di perjungkan bukannya mengorbankan harga dirinya demi cinta itu pun masih banyak hal yg di pikirkan karena banyaknya ‘typo’ di sana sini yanh membuat ragu. Nah, aku gunakan saja sikap profesional jadi tameng mengetes keseriusan dari seorang lelaki sejati. Lagian ngapain kita ngorbanin pekerjaan dan masa depan kita yg sudah tertata matang ke dalam ketidakpastian cinta. Terus terang, cara yg aman adalah biarlah hidupku mengalir seperti apa adanya tanpa aku utak-atik, karena pada waktu yg tepat nanti pasti akan datang seseorang yg menjadikanku seorang yg di spesialkan.
Nama: Rinita
Twitter: @rinitavyy
LikeLike
Nama: Irfan R
Domisili: Bogor
Twitter: @irfansebs
Email: irfan10215@gmail.com
Link Share: https://twitter.com/irfansebs/status/781797876464693248
Ucapan selamat yang tak terhingga tercurahkan pada review Mbae Aya yang keren banget kali ini. Sukak! : (
Sekilas pilihan-pilihan yang Mba Aya berikan kepada kami serasa menjebak ya, hehe. Mana yang akan saya junjung tinggi-tinggi: karir dan profesionalisme, atau cinta dan pasangan hidup?
Dan sekilas pula, dua pilihan inilah yang kurang lebih harus dihadapi oleh Jib dan Sua di thai-film ATM: Er Rak Error (2012)
Kurang lebih ceritanya begini, Sua (atasan Jib sekaligus pacarnya) acap kali memecat mereka yang ketahuan menjalin hubungan di bank tempatnya bekerja. Hal inilah juga yang selalu membayang-bayangi Sua dan Jib, melahirkan ketakutan di antara keduanya. Karena sedari awal mereka tahu bahwa mereka tidaklah profesional.
Long story short , mereka harus memutuskan siapa dia antara mereka yang akan dengan sukarela mengajukan surat pengunduran diri, agar keduanya dapat dengan tenang menjalani hubungan yang akan menanjak ke jenjang yang lebih serius.
So, korelasinya apa? Tiap-tiap manusia pasti ingin semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan, entah itu pendidikan, karir, keluarga, kehidupan sosial, dan tentunya cinta. Sua dan Jib memutuskan untuk mengorbankan salah satu karir dari mereka agar dapat saling mencintai tanpa beban. Dan saya rasa itu juga yang akan saya lakukan jika harus menghadapi keadaan dengan dua opsi di atas.
Bukan picisan atau bagaimana, hanya saja proses menemukan soulmate itu pastinya lebih sukar daripada mencari pekerjaan. Jika mencari pekerjaan hanya membutuhkan resume dari salah satu pihak, maka mencari soulmate membutuhkan resume dari pihak masing-masing. Kesempatan untuk bertemu soulmate adalah 1:7.000.000.000 sedangkan mencari pekerjaan 1:7.560.000 (berdasarkan jumlah penganggurang di Indonesia.)
Kalau ada orang realis yang berujar, ‘Mau makan apa nanti? Makan cinta?’, ya jawab saja ‘Bertanya besok makan apa adalah bentuk penghinaan pada Tuhan.’
“Paling gampang menghina Tuhan. Khawatir besok tak bisa makan, kau sudah menghina Tuhan.”
-Sudjiwo Tedjo
LikeLike
Nama : Ratna
Domisili : Jepara
Twitter : @ratnaShinju2chi
E-mail : kazuhanael_ratna@yahoo.co.id
Kalau harus memilih saya memilih A
Karena saya pikir cinta tidak harus diumbar. Selagi kerja tentu kita harus profesional dengan tidak mencampur adukkan antara pekerjaan dan cinta. Dan saya termasuk tipe orang yang percaya, jodoh tidak akan kemana. Yah, sejauh apa pun jika jodoh pasti akan kembali begitu pun kebalikannya, sedekat apapun jika tak jodoh akan berpisah juga. Jadi daripada mengejar cinta yang tidak pasti akhirnya, bahkan taruhannya karir, saya rasa lebih baik memperbaiki diri untuk menjemput jodoh yang baik. Dan kalau dia memang suka dia pasti akan datang dengan menawarkan ikatan yang sah.
LikeLike
Nama: Ana Bahtera
Domisili: Aceh
Twitter: @anabahtera
Email: anabahtera@yahoo.co.id
Jawaban:
Jawabannya A. Mengabaikan perasaan terhadap si dia demi profesionalitas kerja.
Kenapa? Karena jika cinta tak akan kemana. Memang kedengarannya klise tapi memang begitu adanya. Jika kita sudah memiliki perasaan yang sama maka sudah seharusnya sama-sama mengerti untuk bisa profesional dalam bekerja agar lebih tertata lagi kehidupan bersama dimasa yang akan datang. Harus percaya akan jodoh yang sudah pada tempat dan waktu yang tepat diletakkan oleh Sang Pencipta.
LikeLike
Nama: Nurhidaynati
Domisili: Martapura, Kal-Sel
Akun twitter: @CalkMe_Yanti
Email: yantinurhida99@gmail.com
Pilih B, memperjuangkan cintaku walau karir menjadi taruhan. Karena cinta adalah sesuatu yang sangat berharga dan layak untuk diperjuangkan dan pekerjaan bisa dicari, tapi cinta nggak datang dua kali. Ketika ada kesempatan maka cinta itu harus diperjuangkan hingga akhir, bagaimanapun ujungnya akan berakhir manis atau pahit, bahagia atau terluka kita harus tetap berpegang pada cinta. Karena cinta adalah perasaan yang tulus, murni yang tak bisa terganti oleh harta dan materi.
LikeLike
Nama : Sri Ningsih
Domisili : Medan
Akun twitter : @Celikningsih
Email : sri_aqzalli@yahoo.com
Aku memilih B. memperjuangkan perasaan meski taruhannya adalah karier, menurut aku perasaan dalam diriku sangat mempengaruhi hidupku kedepannya. Aku tipe-tipe manusia dengan rasa penasaran dan keingintahuan besar. Jika ada sesuatu hal yang mengganjal dalam diriku terlebih dalam hal perasaan, misalnya ke lawan jenis, akan aku kejar dan sebisa mungkin aku perjuangkan yang menyangkut hati.
Soal karier, aku percaya bahwa rezeki bisa datang dari mana saja, mungkin rezekiku bukan dari pekerjaanku yang sekarang, masih banyak pintu-pintu rezeki yang lain, yang bahkan lebih baik dari pekerjaanku ini. Selama ada usaha dan doa, yakinlah semua itu dapat tercapai^^
LikeLike
Nama : Pida Alandrian
Domisili : Aceh
Email : shafrida.alandrian@gmail.com
Twitter : @PidaAlandrian92
Jawaban >>
Aku bingung nih mau milih yg mana. krn pilihannya menurutku sama memiliki prioritas masing-masing.
Cinta memang butuh perngorbanan utk mendapatkan sesuatu yg dapat membahagiakan diri kita sendiri. tp di satu sisi cinta tidak boleh egois.
Seperti sampai mempertaruhkan pekerjaan. mencari pekerjaan di zaman sekarang susah banget cuyy. ada lebih baiknya memperjuangkan cinta dan perasaan yg kita miliki ke si doi tapi di luar pekerjaan (bukan kah dlm bekerja kita harus profesional? memisahkan antara kehidupan percintaan dan pekerjaan,.) banyak yg mengalami cinlok di dunia pekerjaan. tidak ada salahnya memperjuangkan tanpa harus mengabaikan perasaan kita juga.
memang praktiknya tidak semudah teori. tapi itulah faktanya.
Dan aku memilih pilihan A (dengan alasan yg diatas)
krn kalau aku milih B, misalnya nih perjuangan ku nggak membuahkan hasil dan pekerjaanku juga hilang. bagaimana nasib aku ke depannya? jadi penganggur? (omegod)
lain halnya perjuangan ku membuahkan hasil dan si doi membalas perasaanku, yaa bisa dibilang perjuangan dan pengorbanaku sebanding lah.
Sekian.
Salam,
Pida Alandrian
LikeLike
Dian Haerani
Bandung
dhaerani781@gmail.com
@saimamzahra
jawaban: Saya pilih A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja
Saya akan lebih mengutamakan karir, soalnya zaman sekarang itu nyari kerjaan kan susah yaa… jadi mending saya mengesampingkan soal perasaan dari pada harus menganggu atau melepas karir yang sudah saya capai. Menurut saya, jika memang dia jodoh tidak akan kemana jadi santai saja sih ga usah terburu-buru apalagi sampai mengorbankan karir dan merusak profesionalitas.
LikeLike
Cahya W
Gresik
cahyaembun04@gmail.com
@cahyawid
Saya pilih A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja.
Berbekal mencari kerja itu susah di era yang serba mahal ini, saya memilih untuk mengabaikan perasaan. Saya ngga mau karir yang sudah saya bangun dengan susah payah jadi hancur begitu saja hanya karna cinta, terlebih hanya perasaan sesaaat yang (mungkin) belum tahu bakal dibawa kemana. Realistis saja, saya butuh kerjaan yang menghasilkan uang untuk penghidupan.
Cinta ngga bisa kasih makan seperti uang. Hahaa
Matre banget yaa saya.
Profesional kerja dulu, demi bangun karir. Kalau kita ‘mapan’, cinta bakal datang sendiri. Ini sudah hukum alam(yang saya yakini sekarang). Lagipula saya masih sangat amat percaya, kalau jodoh ngga akan lari kemana, jodoh ngga akan pernah tertukar.
LikeLike
Nama : Vadia Rahman Salsabila
Domisili : Sukabumi
Email : vadiaswft89@gmail.com
Twitter : @vadiamendes98
Jawaban :
A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja
Karena hidup aku bukan sepenuhnya berjuang untuk sebuah cinta, aku punya keluarga, punya orangtua yang harus dibanggakan, dan aku kerja pasti karena aku punya cita-cita yang bisa diwujudkan dengan sebuah kerja keras dan pengorbanan. Aku ninggalin dia bukan karena aku gak berani buat berkorban juga demi cinta, tapi aku tahu bahwa cinta bisa berkhianat, dan bisa bikin sebuah pengorbanan jadi sia-sia. Mungkin emang berat, mengorbankan pekerjaan demi cinta, atau mengorban cinta demi pekerjaan. Tapi, berjuang demi pekerjaan, bukan cuman sebatas berjuang mempertahankan pekerjaan itu, bukan cuman berjuang buat dapet uang, tapi sekaligus berjuang demi kebahagiaan orang lain, dan kebermanfaatan hidup aku dan orang lain tentunya. Sedangkan untuk cinta? Itu cuman buat kebahagiaan aku dan dia aja, gak ada lagi waktu mungkin buat bikin orang tua aku bangga, dan mengabdikan hidup aku buat kepentingan orang banyak.Jadi Pekerjaan pasti lebih pantes buat diperjuangin dari cinta dan pasti ‘pekerjaanmu tidak akan pernah mengkhianati dirimu’.
Bukan berarti berjuang demi cinta itu juga salah, Tapi di sini yang dipertanyakan mana yang lebih baik dalam hal berjuang, bukan salah atau benarnya sebuah perjuangan.
LikeLike
Nama : Vadia Rahman Salsabila
Domisili : Sukabumi
Email : vadiaswft89@gmail.com
Twitter : @vadiamendes98
Jawaban :
A. Mengabaikan perasaanmu terhadap si dia demi profesionalitas kerja
Karena hidup aku bukan sepenuhnya berjuang untuk sebuah cinta, aku punya keluarga, punya orangtua yang harus dibanggakan, dan aku kerja pasti karena aku punya cita-cita yang bisa diwujudkan dengan sebuah kerja keras dan pengorbanan. Aku ninggalin dia bukan karena aku gak berani buat berkorban juga demi cinta, tapi aku tahu bahwa cinta bisa berkhianat, dan bisa bikin sebuah pengorbanan jadi sia-sia. Mungkin emang berat, mengorbankan pekerjaan demi cinta, atau mengorban cinta demi pekerjaan. Tapi, berjuang demi pekerjaan, bukan cuman sebatas berjuang mempertahankan pekerjaan itu, bukan cuman berjuang buat dapet uang, tapi sekaligus berjuang demi kebahagiaan orang lain, dan kebermanfaatan hidup aku dan orang lain tentunya. Sedangkan untuk cinta? Itu cuman buat kebahagiaan aku dan dia aja, gak ada lagi waktu mungkin buat bikin orang tua aku bangga, dan mengabdikan hidup aku buat kepentingan orang banyak.Jadi Pekerjaan pasti lebih pantes buat diperjuangin dari cinta dan pasti ‘pekerjaanmu tidak akan pernah mengkhianati dirimu’.
Bukan berarti berjuang demi cinta itu juga salah, Tapi di sini yang dipertanyakan mana yang lebih baik dalam hal berjuang, bukan salah atau benarnya sebuah perjuangan.
ada yang bilang ‘rejeki mah udah ditentuin sama Tuhan’ tapi bukankah ‘Jodoh juga ada di tangan Tuhan’?
Mungkiin semua emang udah ditakdirin, tapi ada kalanya ikut berperan dalam hidup bukan hanya berpasrah menunggu Tuhan menakdirkan sesuatu untuk hidup kita.
LikeLike
maaf ada dua:’v aslinya mah mau disunting, tapi gak tahu caranya, jadi deh ada dua, wkwk maaf ya:’v jangan di dis ya:’v
LikeLike
Haha iya nggak apa-apa. Santai aja. WordPress mah emang gitu. Yang komen nggak bisa hapus komennya sendiri. Harus host-nya yang hapus. Hehehe
LikeLike
ohh gitu ya:’v pantes aja gak bisa dihapus:v wkwk kudet aku:’v berarti pengumumannya tanggal 6 ya kak? ^^
LikeLike
Nggak mesti tanggal 6 kok. Tanggal 6 itu estimasi paling lambatnya. Tadi pagi udah aku post pengumumannya. 🙂
LikeLike
Nama: Awanda
Domisili: Semarang
Akun twitter: @wandhapratiwi
E-mail: awandarohma@gmail.com
Kalo aku, lihat dulu orang tersebut seperti apa kalo orang tersebut memang pantas di perjuangkan dan bisa membimbing aku jadi orang yang lebih baik lagi pasti aku akan memperjuangkan perasaanku walau pada akhirnya aku harus meninggalkan karirku pada saat itu. Toh juga nantinya bersama dia, aku akan lebih termotivasi dalam meniti karir lagi atau malah kita bisa membangun bisnis bersama. Yakin aja kalo jodoh pasti bertemu dan Rejeki juga udah ada yang ngatur.
LikeLike