[Review] Come On Over by Christian Simamora

Come On Over

Judul: Come On Over
Penulis: Christian Simamora
Penerbit: Twigora
Editor: Alit Trisna Palupi
Proofreader: Tharien
Desainer cover: Dwi Anissa Anindhika
Ilustrator paperdoll: Amel Santoso
Tebal: 436 Halaman
Cetakan: Kedua (2014)
ISBN: 978-602-703-620-8
Genre: Contemporary Romance

BLURB

Dear pembaca,

Sejak ide dasar cerita ini muncul di kepala, hidupku benar-benar tidak tenang. Aku dipaksanya memutar otak, mengerjakan plot, memikirkan kedua tokoh utamanya hampir sepanjang waktu. Dan tiga bulan kemudian, akhirnya aku bisa menghela napas lega. Cerita tentang Jermaine dan Tata berhasil kurampungkan untuk kalian, pembaca tersayang.

Ide dasar Come On Over muncul karena terinspirasi sejarah sedih di balik salah satu karya klasik terpopuler sepanjang masa: “Für Elise”. Tahukah kamu, Beethoven menulis lagu itu untuk seorang perempuan, yang ternyata belakangan membuatnya patah hati? Apa mau dikata, cinta memang tidak pernah mudah. Dan bagian tersulit dari mencintai seseorang adalah menunggu dia balas mencintaimu.

Jadi bagaimana, apakah sekarang kamu siap untuk membalik sampul depan dan memulai perjalananmu bersama buku ini? Besar harapanku kamu akan menikmati sebesar aku menikmati proses menulisnya. Selamat membaca dan, seperti biasa…

Selamat jatuh cinta.

CHRISTIAN SIMAMORA

REVIEW

Kantata Maulida, biasa dipanggil Tata merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Kakaknya bernama Adagio atau biasa dipanggil Kak Ada. Jangan salah ya, Ada ini cewek loh, gaes. Kak Ada beda banget dari Tata yang tomboi dengan rambut pendek, ogah pakai aksesoris perempuan karena menurutnya malah kelihatan jadi mirip banci. Tata juga cenderung cuek, rada bandel, suka nggak nurutin omongan kakaknya, kadang ngebolos kerja di Crystal Clear (toko punya Kak Ada), sering ngerapel ibadah, dan suka bolos kerja. Sedangkan Kak Ada itu karena anak tertua jadi sangat mengayomi Tata, religius banget, nggak pernah ketinggalan beribadah tiap minggu, bukan tipe yang neko-neko, selalu ingin yang terbaik untuk Tata karena dia memang sayang banget sama Tata. Apalagi Tata jadi tanggungjawabnya setelah orangtua mereka meninggal karena kecelakaan.

“Kamu anak pertama dan adalah hal yang wajar kalau kamu harus bisa mengalah. Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan menang atau kalah, Ada. Kadang-kadang kamu harus memaafkan hanya karena cinta pada adikmu itu.” — Papa Ada & Tata (halaman 148)

Termasuk urusan cinta Tata, Kak Ada juga ingin campur tangan demi kebaikan Tata. Secara halus Kak Ada ngenalin seorang cowok ke Tata. Orangnya baik sih, Noel namanya, dia sama-sama anak paduan suara di gereja yang biasa Kak Ada dan Tata datangi. Tata sudah mencium gelagat perjodohan itu dan membuatnya tidak nyaman. Tata malah tidak terlalu menanggapi perjodohan itu dan rada nggak minat sama Noel karena nggak masuk dalam kriteria cowok idamannya. Tapi dia tetap menjalin hubungan baik dengan Noel meski nggak ada baper.

“Menurut gue, memutuskan untuk menerima seseorang jadi pasangan dan memutuskan untuk menerima seseorang jadi calon suami adalah dua hal yang pressure-nya sama sekali berbeda.” — Tata (halaman 88)

Suatu hari si Tata bertemu dengan cowok bernama Jermaine Morton di Crystal Clear. Lelaki bertubuh tinggi besar, atletis, otot serba bertonjolan, betis aduhai dibalut bulu-bulu gelap membuat Jermaine beda banget dari pelanggan yang biasanya datang. Macho banget! Bentuk rahangnya persegi dan berbelah dagu. Rambutnya cokelat keemasan dan mempunyai mata berwarna hijau dan biru. Iya, kanan dan kiri tuh beda, kayak artis Mila Kunis itu loh. Itu didapatnya lantaran ayahnya itu asal Perancis. Jermaine datang ke Crystal Clear sebagai pelanggan yang sedang mencari kotak musik untuk dihadiahkan ke pacarnya. Ceritanya sih mau ngelamar pake itu. Tata yang sedang jaga toko mau tak mau harus melayaninya dengan ramah.

“Pernikahan adalah pilihan. Pilihan untuk menyerah atas pilihan-pilihan lain.” — Tata (halaman 89)

Jermaine itu punya beerhouse. Aslinya sih dia itu kaya dari ayahnya tapi karena suatu hal akhirnya dia resmi mengundurkan diri dari jabatan di perusahaan punya ayahnya dan dicoret jadi ahli waris. Dia ingin hidup mandiri dan membangun usaha sendiri. Jadilah beerhouse dengan nama Cliché Guevara.

“Lo ngerokok tapi nggak minum? Itu sama aja dengan bilang lo ke kafe dangdut tapi menolak untuk bergoyang.” — Jermaine (halaman 103)

Kekasih Jermaine, Liz, yang menurutnya selama ini adalah the one dan sudah yakin banget bakal jadi pasangan hidupnya ternyata menolak lamarannya. Liz meminta break sementara demi meredam situasi canggung tersebut akibat penolakannya. Jermaine malah mengembalikan kotak musik itu ke tokonya, ia sengaja tinggalkan kotak musik itu di Crystal Clear karena tidak mau terkenang dengan kejadian pahit lamarannya ditolak tiap melihat benda itu. Tata yang mengira benda itu ketinggalan lalu mengejar Jermaine ke luar toko tapi Jermaine malah memberikan benda itu ke Tata. Sebagai balasan, Tata mentraktir Jermaine di kafe di depan tokonya. Dari situlah hubungan Tata dan Jermaine makin berlanjut dan makin dekat.

***

Kesan pertama pas baca ini adalah… uh-oh, jangan bilang kalau Tata ini nggak minat sama cowok lantaran tampilannya yang tomboi. I thought she’s lesbiola gitu nek, tapi ternyata straight. Yah, nggak jadi deh eke ngembat si ganteng Jermaine. 😛

Another surprise is… EYD-nya! Sebenernya nggak heran karena trademark Bang Ino kan emang begitu di buku-bukunya yang lain juga ada. Tapi kali ini lebih bikin mata ngejuling. XD Kadang saya sampai harus ngulang 3-5 kali baca ulang tulisannya demi mengerti artinya. Misalnya ini:

AITOTYUARMAIPREN (I thought you are my friend)

Ini keluar dari ketikan pesan dari Alto—sahabat baik Tata yang doyan banget sama barang-barang brand Chanel—ketika mereka lagi asyik chatting.  Eh, ngomong-ngomong soal Alto nih, sayangnya saya ngerasa sosok Alto nggak terlalu ngasih banyak influence ke Tata di cerita ini, nggak kayak sosok sahabat lainnya yang pernah saya baca di All You Can Eat atau Marry Now, Sorry Latter. Masih kurang greget aja gituh rasanya. Perannya sebagai sahabat yang always there for her masih kurang nendang. 😀

“Seseorang pernah bilang padaku, cinta itu terkadang egois. Mencintai seseorang berarti memastikan hanya dia saja yang ada di hati.” — Jermaine (halaman 411-412)

Secara keseluruhan sih ceritanya ngalir banget, detil seperti biasa si Abang mah selalu mendeskripsikan outfit dan setting tempat dengan ciyamik. Ceritanya memang lebih fokus pada Jermaine dan Tata tentunya, tapi ternyata Kak Ada dan Noel kebagian juga dikulik meski cuma sedikit, hehe.

Friends dance with their toes, not their tongues.” — Tata (halaman 320)

Oh ya, ada 2 nama asing yang tetiba muncul yaitu nama Noah (harusnya Noel) di halaman 136 dan nama Daniel (harusnya Jermaine) di halaman 390. Noel ke Noah sih ya emang beda tipis, dimaafkanlah. Tapi kok bisa ada Daniel ya? Kalau salah ketik pun kan namanya beda jauh sama Jermaine. XD

“Kita, makhkuk pejantan, memang dilahirkan dengan naluri untuk punya pasangan lebih dari satu. Tapi, lo juga harus tahu, kita ini punya kelemahan. Organ dalam kita nggak terlalu kuat untuk menahan miserable-nya berurusan sama drama hubungan.” — Harris (halaman 407-408)

By the way, saya rada mempertanyakan peran Liz nih. Apakah Liz itu cuma ‘tukang’ distraksi chemistry Jermaine dan Tata ya? Kayaknya sejauh ini yang aku baca di #jboyfriend kurang bisa mendapatkan adanya tokoh antagonis yang bisa bikin pembaca—khususnya saya—sampai pengin jedotin kepala ke dipan kasur gitu. Liz di sini lebih bisa bikin eke kesal karena tingkahnya yang ala anak orang kaya, yang serba seenaknya ketimbang memunculkan amarah saya karena dia sebagai perusak jalinan cinta Jermaine dan Tata. Gitu deh. Paham kan maksudnya? 😀 Jadi, disimpulkan bahwa konfliknya di sini adalah konflik batin pada diri Jermaine, istilah kekiniannya mah galau, bukan konflik personal dengan orang lain. Itu sih yang aku tangkap. 🙂

“Terkadang, hal yang teramat disesali adalah kehilangan kesempatan merasakan cinta yang didambakan hanya karena kita terlalu takut untuk mengambil risiko.” — Lukas (halaman 408)

Tapi, nggak usah khawatir deh, gaes. Bang Ino ini handal banget bikin cerita yang happy ending menggemaskan. Ya gemas, gemas balikan di ujungnya kurang banyak. Hihihi. Ditambah epilog romantis pula di bagian paling belakang, bikin eke jadi senyam senyum ala cengiran kuda. XD Hanya dengan dijejalkan dengan kalimat berikut ini, selesai sudah semua perkara antara Jermaine dan Tata.

I should never have doubted that. If I could turn back the time, I’d avoid the stupid mistake and still have you by my side.” — Jermaine (halamam 423)


Di bagian paling paling paling belakang, ada semacam kuis (nggak berhadiah sih) atau challenge gitu deh seberapa jauh sih pembaca ini mengenal Jermaine. Eke ikutan tes dong pastinya. Syaratnya harus sudah selesai baca novelnya. Lalu disuruh milih dari 20 quote yang tersedia, mana aja 9 di antaranya yang merupakan perkataannya Jermaine. Saya berhasil nebank 8/9 nih. Yehet~ I’m Jermaine’s angel! XD

OVERALL RATING

★★★☆☆

2 thoughts on “[Review] Come On Over by Christian Simamora

  1. […] novel ini memang dewasa, tapi penjabarannya nggak seeksplisit (misalnya) seperti yang ada di novel Come On Over (CO2) atau Marry Now, Sorry Later. Di sini isinya lebih aman, kalau ada anak ABG yang nggak sengaja beli […]

    Like

  2. […] Talk (Jo), Good Fight (Jet), With You (Jere), All You Can Eat (Jandro), Guilty Pleasure (Julien), Come On Over (Jermaine), As Seen On TV (Javi), dan Marry Now, Sorry Later (Jao). Pada tahun 2015, dia merilis […]

    Like

Leave a comment