[Review] Cerita Cinta Kota by Dwitasari, dkk.

IMG_20151121_183042

Judul: Cerita Cinta Kota
Penulis: Dian Nafi, Nita Aprilia, Dita Hersiyanti, Fakhrisina Amalia Rovieq, Rizky Suryana Siregar, Ismaya Novita Rusady, Rina Wijaya, Mario Mps, Noury, Winda Az Zahra, & Dwitasari
Penerbit: Plot Point
Penyunting: Ninus D Andarnuswari
Perancang sampul: Annisa Aprianinda
Pemeriksa aksara: Syarifah Maulidina, Rizki Ramadan
Penaya aksara: Teguh Pendirian, Theresa Greacelia, Ulfah Yuniasti
Desain: Teguh Pendirian
Ilustrasi: Annisa Aprianinda
Tebal: 216 Halaman
Cetakan: Pertama
Terbitan: Februari 2013
ISBN: 978-602-9481-27-3
Genre: Romance

Bisa dibeli di toko buku online Bukupedia

BLURB

Sebuah kota mampu mematahkan hatimu, tapi juga mampu melahirkan cinta untukmu. Sebelas cerita ini berkisah tentang cinta yang lahir dan tumbuh, hidup dan kandas, di berbagai kota di Indonesia.

Kisah-kisah ini dimulai dari hal kecil yang kadang terlewat dari keseharian kota. Cinta dari dejavu, prasangka di bawah panasnya matahari, perjalanan meniti ribuan anak tangga, perihnya senja terakhir, pandangan pertama di festival tahunan, pencarian pintu misteri, petikan gitar saat hujan rintik, memori masa kecil dari kebun apel, kisah sepatu lusuh, rasa takut merasakan kecupan pertama, dan seorang gadis yang berlari mengejar cintanya di sepanjang Jembatan Ampera.

Ini adalah kisah dari 10 penulis pemenang kompetisi #CeritaCintaKota bersama penulis buku best seller “Raksasa dari Jogja” Dwitasari. Ini adalah kisah kota dan mereka yang tumbuh bersamanya.

REVIEW

  • Kopi Cinta di Grebeg Besar – Dian Nafi

Gadis itu bernama Aliya, namun orang-orang lebih mengenalnya sebagai Siti Bakilah alias Siti ngebaki kolah alias Siti yang memenuhi bak kamar mandi. Siti dan orangtuanya tinggal di Demak dekat alun-alun. Mereka membuka tempat pemandian umum untuk para pedagang datangan dari berbagai kota yang akan menjajakan dagangannya di selama dua minggu pada musim Idul Adha. Di Demak ada rangkaian budaya Grebeg Besar yang konon sudah berusia ratusan tahun sejak kerajaan Demak dahulu. Siti sering berjaga sebagai kasir di sana untuk melayani atau menerima uang dari para pelanggan yang memakai kamar mandi mereka.

Sebagai kasir di sana, Siti sering sekali digoda oleh para lelaki yang lalu lalang jadi pelanggan, tapi Siti tetap cuek saja. Baginya itu sudah biasa. Tetapi, tiba-tiba dia melihat seorang pemuda yang datang ke pemandian itu namun tidak seperti lelaki lainnya yang suka menggodanya. Justru Siti yang jadi tertarik dengan pemuda ini. Sejak pertemuan kedua mereka di Besaran malam itu, Siti sering curi-curi kesempatan demi bisa bertemu dengan pemuda misterius tersebut. Lukman namanya. Maklum saja karena Siti itu masih anak perawan yang sangat dijaga ketat oleh orangtuanya sehingga apa-apa masih serba diatur dan diawasi.

Lukman hanya pedagang pendatang. Itu artinya Lukman akan kembali lagi ke kota asalnya setelah rangkaian acara Grebeg Besar berakhir. Lalu bagaimana nasib hubungan Siti dan Lukman selanjutnya?

***

Sebuah cerita yang cukup manis ala kisah kasih anak desa yang bertemu cintanya pada seorang pendatang dari kota seberang. Meski aku tidak tahu persis kapan setting yang dipakai di cerpen ini, namun aku merasa seperti sedang dibawa ke tahun 70-an atau 80-an di mana semuanya masih serba malu-malu. 😀

  • Cinta Keranjang Apel – Nita Aprilia

 Cerpen yang satu ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu dari Karenina Aurora atau lebih dikenal sebagai Nina. Nina punya teman sedari kecil bernama Rodeo Putra atau kerap disapa Deo. Mereka tinggal sekomplek dan bertemu di TK yang sama di Malang. Nina memanggil Deo sedang sebutan “Keranjang Apel” karena Deo selalu memakai sepeda yang ada keranjangnya. Sedangkan Deo memanggil Nina dengan sebutan “Pipi Apel” karena pipinya yang tembam dan bulat seperti buah apel.

“Inilah hidup, segala sesuatunya datang dan pergi. Seharusnya kita bersyukur Tuhan sudah mempertemukan kita, memberikankenangan indah. Daripada tidak sama sekali.” — Deo (hlm. 26)

Sampai SMP mereka tetap berteman dekat namun akhirnya sebuah drama melanda. Usaha perkebunan apel milik orangtua Deo dan Nina terlibat sengketa sehingga hubungan pertemanan dua keluarga ini menjadi tidak lagi harmonis seperti sebelumnya. Akibatnya Deo dan Nina harus diam-diam jika mau bertemu. Mereka biasa pergi ke Bukit Panderman. Sampai akhirnya ketika akan masuk SMA, mereka terpaksa berpisah karena Deo memilih pindah ke Cilacap bersama keluarganya. Deo mengajukan LDR tapi nyatanya selama beberapa tahun ke depan mereka malah lose contact.

“Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan dan memisahkan hamba-hambanya. Sedekat apa pun, jika Dia ingin, kita akan dipisahkannya, Sejauh apa pun, jika Dia berkehendak, kita akan kembali dipersatukan.” — (hlm. 28-29)

***

Menurutku cerpen ini sungguh drama karena konflik yang dihadirkan dirasa cukup kilat misalnya tentang penyebab perpisahan Deo dan Nina karena persengketaan anatara orangtua mereka. Lalu panggilan Pipi Apel dan Keranjang Apel serta junior dan senior itu agaknya terasa garing jika masih dipakai hingga mereka sudah menginjak usia dewasa. Rasanya seperti sedang menyaksikan kisah anak SMP dari awal hingga akhir.

Jadi, bagaimana menurutmu? Apa mereka akan bertemu kambali dan menyatukan cinta yang belum mengering atau justru akan terpisah selamanya?

“Karena cinta itu seperti buah apel. Gigitan pertama tak selalu manis.” — Karenina Aurora (hlm. 35)

  • Amanat Perjuangan Ranti – Dita Hersiyanti

Ranti punya sahabat baik bernama Faiz yang sudah dia taksir sejak kelas 1 SMA. Faiz adalah ketua OSIS di SMA mereka yang sering meminta pendapat Ranti dahulu jika akan melaksanakan acara-acara tertentu di sekolahnya meski Ranti bukanlah anggota OSIS. Selama ini status Ranti dan Faiz hanya sebatas sahabat meski Ranti sadar betul bahwa dia mencintai Faiz.

“Makanya Tuhan menciptakan mulut, agar manusia dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan apa isi hatinya kepada orang yang dituju, agar orang itu memgerti apa yang kita pikirkan selama ini.” — Kiara (hlm. 43)

Ranti bukanlah cewek pemberani yang mau mengungkapkan perasaannya kepada cowok yang dia suka. Baginya, harus cowok duluan yang melakukan itu dan menembaknya. Namun, si Kiara–teman baik Ranti–sebal dengan Ranti yang terus-terusan memendam perasaan cintanya. Ia terus saja mendorong Ranti supaya segera menyatakan perasaannya kepada Faiz dan ingin menunggu kabar baik mereka bisa jadian. Kemudian pada satu kesempatan emas ketika Ranti dan Faiz sedang jogging berdua menyusuri Jembatan Ampera, akankah Ranti menyatakan perasaannya di sana?

***

Membaca cerpen ini terasa kilat. Tahu-tahu sudah habis saja ceritanya. Sayangnya aku tidak menemukan konflik yang berarti antara Ranti dan Faiz. Sebatas kegalauan Ranti tentang niatnya ingin mengungkapkan perasaannya pada Faiz.  Tapi, aku suka dengan perumpamaan air di botol termos dan juga prinsip hidup Faiz. Ah, he’s definitely my man! XD

Aku sempat kaget juga karena penulis menyelipkan beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Palembang asli. Berhubung aku memang orang Palembang, tanpa melihat catatan kaki pun aku sudah tahu artinya. 😀 Tapi, penggunaan bahasa Palembang ini tidak konsisten karena hanya beberapa kalimat di awal cerita saja yang 100% konten Palembang. Selebihnya kembali lagi ke bahasa Indonesia.Di belakangnya lagi justru keluar kata-kata “tulah” di tengah kalimat yang diucapkan Ranti, namun di situ tidak ditulis miring dan tidak diberi catatan kaki, karena kalau “tulah”-nya bahasa Palembang berbeda arti dengan “tulah”-nya bahasa Indonesia yang ada di KBBI. Menurutku lebih baik jika pakai bahasa Indonesia saja dari awal karena rasanya tanggung sekali kalau penyelipan bahasa Palembang-nya hanya segitu. Lagi pula kalau pun mau dibuat dalam dialog bahasa Palembang semua akan lebih repot dengan banyaknya catatan kaki nantinya. 🙂

Satu hal paling janggal kutemukan di awal cerpen ini adalah narasinya. Cerpen ini memakai sudut pandang pertama yaitu dari Ranti. Jadi, Ranti bertanya pada pembaca, apa yang sedang ia dan Faiz lakukan pagi itu? Dikatakanlah kalau mereka sedang jogging di Jembatan Ampera. Lalu tiba-tiba disebutkan kalau jogging itu adalah sebuah rencana seminggu yang lalu. Kemudian lanjut disebutkan Faiz sedang menggerutu saat jam istirahat sekolah. Jadi, yang benar itu mereka sedang jogging di Jembatan Ampera atau lagi di sekolah sih? Nyatanya Ranti dan Faiz baru melaksanakan jogging itu menjelang ending cerpen. It’s a big question! ❓

  • Memoar Senja – Fakhrisina Amalia Rovieq

Elis sangat menyukai berada di halte dekat Taman Pancasila di Palangkaraya. Dia sering menunggu teman lelakinya, Reihan, di halte itu. Reihan sering sekali diejek oleh Elis yang mengatakan bahwa dirinya itu lelaki cantik karena mempunyai bulu mata yang lentik. Meski Reihan tidak suka disebut seperti itu, tapi dia tidak pernah bisa marah pada Elis karena Elis adalah teman kesayangannya.

Lagi-lagi soal cinta terpendam. Elis memendam rasa cinta pada Reihan.Elis ingin selalu bersama dengan Reihan. Bahkan ketika Reihan lolos penerimaan siswa baru di SMAN 2 melalui jalur beasiswa, Elis juga bertekad ingin bisa lolos tes di sekolah itu agar dia tidak jauh dari Reihan. Sayangnya Elis gagal dan diterima di SMAN 1. Ia menangis sejadi-jadinya di halte namun di sana ada Reihan yang menenangkannya dan memeluknya.

Sejak kejadian menangis di halte itu, Reihan berjanji akan selalu ada untuk Elis jika Elis sedang butuh meski mereka beda sekolah, dan tidak akan ingkar janji. Kemudian untuk ke sekian kali Elis kembali menunggu Reihan di halte itu karena mereka sudah janjian ingin mengunjungi beberapa universitas di Palangkaraya sebelum kelulusan mereka beberapa bulan lagi. Ternyata sesuatu yang tak terduga pada Reihan harus Elis terima dengan lapang hati…

***

Kalau kubilang penuturan di cerpen ini terasa manis sekali. Saking manisnya malah jadi terlalu manis. Perlakuan Reihan ke Elis dan gesture mereka itu lho macam orang yang sudah dewasa saja, padahal di situ posisinya ada yang mereka masih SMP. Terlalu manis kalau masih dalam status pertemanan saja. Tapi, kalau saja bukan karena SMP-nya, aku suka sekali dengan cara menulisnya si penulis ini. Terlebih lagi di bagian akhir diberi punch line yang membuatku sempat terhenyak. 😉

Untuk bahan koreksinya, penulis mengkategorikan Endless Love sebagai film drama Korea, padahal yang benar adalah serial drama Korea karena pada dasarnya film dan serial alias sinetron itu kan beda. Kalau film, cukup 2-3 jam saja ceritanya sudah selesai, sedangkan serial ya berseri sampai berapa episode. Kesalahan penggunaan kata  ini sering ditemukan layaknya masih banyak orang yang masih suka nyebut keping CD/DVD dengan sebutan kaset. XD

  • Sepatu – Dwitasari

Dareen digambarkan sebagai seorang pemuda yang kucel berantakan karena sibuk bekerja sebagai editor video tapi Dareen selalu menyempatkan diri menemui pacarnya, Zira, dan selalu menuruti apa mau Zira. Setiap dia bertemu dengan Zira, penampilannya sangat tidak enak dipandang di mata Zira. Tubuhnya juga bau masam karena keringat mengucur deras. Pasalnya Dareen sekarang pergi kerja naik motor karena mobilnya masih dipakai Papanya. Semua hal ini sempat membuat Zira marah besar karena Dareen telat 1 jam menjemput Zira pergi ke ulang tahun temannya dan berniat mengantarnya dengan motor. Tentu saja Zira tidak mau karena itu akan membuat dandanannya berantakan.

Zira tidak masalah dengan penampilan Dareen yang kucel seperti itu, asalkan itu saat mereka sedang berdua saja. Zira tidak mau kalau Dareen juga kucel di hadapan orang lain, terutama teman-temannya, supaya mereka tetap dianggap pasangan yang sepadan. Dareen bahkan heran pada dirinya sendiri mengapa dia masih tetap bisa sabar menghadapi sikap kekanak-kanakan dari Zira yang sungguh kelewatan.

Suatu hari Zira meminta Dareen meminta diajak jalan-jalan ke Jakarta, jangan cuma di sekitaran Depok, sebagai ganti permintamaafan Dareen atas insiden telat jemput itu. Zira menyuruh Dareen memakai sepatu milik ayahnya ketimbang memakai sepatu cokelat butut yang menurutnya sama sekali nggak pantas lagi untuk dipakai itu. Sepulangnya dari Jakarta, Dareen lupa mengganti sepatunya yang ia tinggalkan di rumah Zira tadi.

Sepatu cokelat butut itu hanya sepasang sepatu, namun sanggup menghidupkan perkara baru sekaligus membuka mata Zira tentang sisi lain pacarnya yang selama ini tidak ia sadari.

“Sepatu mencerminkan kegigihan seseorang dalam melangkah. Sepatu yang hampir rusak melambangkan bahwa pemiliknya berjuang dengan gigih dalam setiap langkahnya.” — (hlm. 80)

***

Seingatku, ini pertama kalinya aku membaca tulisan dari Dwitasari. Aku hanya tahu kalau dia itu cewek misterius yang sangat famous di twitter dan beberapa kali merilis buku serta menyanyikan beberapa lagu di soundcloud. That’s all. Jujur, tadinya aku mengira bukunya pada laris karena promosinya yang gencar dengan followers yang banyak. Tapi, setelah baca cerpen ini malah merubah pandangan tersebut. Aku harus mengakui kalau cerita yang disajikan memang menarik untuk dibaca dan menjadi nilai plus dariku untuk seorang Dwitasari.

Yang namanya cerpen memang punya cerita yang singkat, tapi cerpen yang ini sarat makna. Singkat tapi sanggup memainkan emosi pembaca hingga membuatku membenci sosok Zira yang sifatnya sungguh semena-mena. Ah, pokoknya suka banget deh sama cerpen yang ini. 😉

  • Pintu ke-1001 – Rizky Suryana Siregar

Shalimar menganggap dirinya jauh dari kata cantik. Badannya tidak selangsing para model, kulitnya tak seputih artis Korea, rambutnya tak seindah bintang iklan sampo. Di umur ke-27 dia mulai bingsal mencari calon suami karena terus-terusan ditanyai oleh orangtuanya. Dia merasa tidak PD bisa mendapatkan pacar bahkan calon suami dengan badannya yang agak gempal itu, padahal Shalimar adalah wanita katir yang terbilang sukses. Segala macam tata cara tradisional bahkan mitos-mitos tidak penting dia lakoni juga demi mempercantik diri.

Freddy, teman baik Shalimar, geram juga melihat sahabatnya yang selalu pesimis. Kemudian dia memberitahu sebuah rahasia kalau orang asli Semarang punya ritual tertentu untuk mengabulkan keinginannya. Letaknya ada di bangunan Lawang Sewu. Apa rahasia itu? Akankah Shalimar menyanggupinya?

***

Awalnya aku mengira kalau cerpen yang ini akan berbau horor karena bangunan Lawang Sewu kan sering sekali dipakai untuk acara uji nyali. XD Ternyata tidak ada horor sama sekali. Sempat penasaran, benarkah ada rahasia semacam itu yang diberitahu oleh Freddy yang berkaitan dengan Lawang Sewu? Poin ini menarik sekali dan rasanya ingin cepat ke ending. Ada sedikit plot twist juga di ending-nya itu. 🙂

  • Bromo yang Mengantarkan Hatiku – Ismaya Novita Rusady

Berlokasi di Gunung Bromo, Probolinggo, sebuah kisah cinta dimulai. Eri bersama rombongan teman-teman kuliah serta dosennya berwisata dan akan menuju Gunung Bromo. Sayangnya ia ditinggal oleh rombongannya karena meminta izin diturunkan untuk buang air kecil. Tidak bawa hp dan uag karena semuanya di bus, Eri tdak bisa ap-apa. Tetapi, ungtunglah ada lelaki baik hati yang mau mengantarnya mengejar bus rombongannya. Namanya Janu. Sempat ragu bahwa ini orang jahat, akhirnya Eri setuju menerima tumpangannya.

***

Cerpen ini terasa datar, kering, dan gersang, segersang padang pasir di Gunung Bromo. Tidak ada keunikan atau kejutan lain di dalamnya. Semuanya biasa dan mudah sekali tertebak hingga ke ahir cerita meski uansa roma tis telah coba dibangun oleh si penulis. Romansanya sendiri terkesan terburu-buru di mana Eri dan Janu langsung saling suka dalam sekali pertemuan.

  • Cintaku Datang Lewat Omed-Omedan – Rina Wijaya

Gita tidak pernah pacaran sebelumnya, apalagi berciuman. Di usianya yang ke-18, dia masih belum menemukan lelaki yang menarik perhatiannya. Di tahun itu, ia ikut acara tradisi Omed-omedan pertamanya setelah upacara Nyepi. Sudah pemandangan umum bagi warga Bali dan juga wisatawan menonton acara Omed-omedan. Sepasang muda-mudi atau disebut teruna-teruni akan dipanggul kemudian dipertemukan di tengah agar mereka dapat saling berciuman atau minimal berpelukan sambil diguyur air.

Gita merasa deg-degan karena hal ini dilakukan di depan umum. Ia merasa malu, ditambah lagi tiga temannya yang sering menggodanya karena belum pernah ciuman akan merekam momen Omed-omedan pertama Gita. Saat acara sudah berlangsung, jantung Gita makin berdegup tak karuan. Akankah ia meneruskan dan melakukan tradisi Omed-omedan ini?

***

Omed-omedannya sendiri menang sudah unik. Aku sering menonton liputannya di TV. Tapi, selebihnya tidak ada kejutan yang berarti dan lagi-lagi mudah ditebak. Sayangnya, kedatangan cintanya itu sendiri ternyata bukan dari Omed-omedan. Tadinya, kukira Gita kan menemukan jodohnya dari acara Omed-omedan. Maksudku dari acaranya itu sendiri. Ah, sayang sekali ceritanya tidak sesuai dengan ekspektasiku. 😀

  • Petik Pertama Pada Rintik Pertama – Mario Mps

Karena Bapak harus berangkat ke Surabaya, Bagas mendapat titah untuk menjaga toko gitar milik Bapak yang ada di kawasan Pasar Maling, Johar, Semarang. Hanya hari itu saja Bagas menjaga toko. Kemudian datanglah seorang gadis yang berniat menjual gitarnya. Masih kinclong dan belum lama dipakai. Setelah tawar menawar, disepakatilah satu harga. Ratna, nama gadis itu, meminta upaya gitarnya disimpan dulu dan jangan dijual karena ia nanti akan kembali lagi membeli gitar itu. Akhirnya Bagas membawa pulang gitar itu supaya tidak dijual oleh Bapak karena besok giliran Bapak jaga toko.

Bapak sempat kesal dengan Bagas yang membawa pulang gitar itu, karena menurut Bapak semua barang dagangan harus ditaruh di toko supaya cepat laku. Tokonya itu toko jualan, bukan tempat pegadaian. XD Lalu bagaimana nasib si gitar ini? Apakah akan diambil kembali oleh Ratna atau justru dijual langsung oleh Bapak? 🙂

***

Di bagain awal rasanya biasa saja, tidak begitu spesial, tetapi justru percakapan Bagas dan Bapak yang membuatku tertarik dengan cerpen ini. Marahnya Bapak malah terasa lucu bagiku. Selebihnya, ada nilai plus karena penulis menyisipkan dan/atau menguak sebuah rahasia/kebenaran atas sosok Ratna yang sama sekali tidak tertebak sebelumnya. Selanjutnya semua mengalir begitu saja. Cukup manis untuk menumbuhkan cinta di Kota Semarang. 😉

  • Sebelum TransJakarta Berlalu – Noury

Nova adalah lulusan Tokyo University yang berprofesi sebagai jurnalis dan beberapa hari lagi dia akan berangkat ke Kairo untuk mewawancarai presiden. Dia digambarkan sebagai sosok yang superior dan perfeksionis sejati. Dia adalah perempuan yang kurang isa ramah dengan bawahannya, susah merendahkan diri di depan rekan kerjanya, dan merasa dirinya serba bisa hingga seperti tak butuh lagi bantuan orang lain. Serangkaian sifat jeleknya ini memberi keapesan sendiri untuknya, baik dalam hal karir mau pun percintaannya dengan Ekak. Segalanya terjadi dalam satu hari, sampai akhirnya dia terbangun akibat suara panggilan dari kakaknya. Namun, saat dia terbangun dia malah merasakan deja vu.

***

Yay! Aku Suka sekali dengan ide ceritanya. Nova tidak dapat mengenali lagi mana yang nyata dan mana yang tidak dari apa yang sedang terjadi di hidupnya pada hari itu. Keseluruhan cerita menerbitkan makna tersirat bahwa dalam berkarir dan bersosialisasi dengan orang lain haruslah bisa menghargai dan tidak boleh egois. Sayangnya, bagian cintanya tidak terlalu menonjol dibanding pengalaman deja vu Nova itu. Ah, tidak apa-apa. Berhubung aku suka dengan plotnya, maka itu dimaafkan.

Eksploarasi setting kota Jakarta juga tidak mendominasi. Hanya disebutkan soal Monas dan rute TransJakarta yang biasa dinaiki Nova. Tapi, untuk penggambaran karakter Nova yang superior sudah sangat tersampaikan dengan beberapa sikap dan ucapan yang ditunjukkannya. I like it! 😉

  • Matahari di Kota Matahari – Winda Az Zahra

Starla atau biasa disapa Star saja, adalah anak Daddy satu-satunya. Dia ikut Daddy ke mana pun Daddy pergi. Daddy adalah seorang pebisnis yang gigih dan sering pergi ke mana-mana. Star sebagai anak tunggal dari orang serba punya seperti Daddy dan selalu ikut Daddy jadi idak punya teman.

Dia sering tidak sadar dia sedang berada di kota mana tiap ikut Daddy pergi-pergi dalam urusan bisnis. Ia merasa cuaca sangat panas membakar kulitnya. Ia lihat di TV ada berita tentang cuaca yang makin memanas mencapai suhu 43,8°C. Star bersumpah kalau dia tidak akan pergi ke Bojonegoro yang super panas itu dan membiarkan Tuhan membuatnya jatuh cinta pada pemuda setempat yang hitam-hitam kalau dia sampai menginjakkan kaki di sana. Bojonegoro memang dijuluki sebagai Kota Matahari karena punya suhu terpanas di Indonesia. Dan nyatanya saat Star bersumpah demikian, dia sendiri tidak sadar kalau dia sedang berada di Bojonegoro.

Ketika Star dan Daddy pergi ke tengah hutan disupiri seorang pemuda asli Bojonegoro yang hitam dan pendiam, apakah Star akan bisa berteman baik dengan pemuda ini yang sama sekali bukan tipenya?

***

Cerpen ini cukup banyak menyajikan twist di sana-sini. Meski masih bisa dihitung dengan jari, tapi untuk ukuran cerpen ya lumayan banyak juga. Awalnya aku merasa ceritanya biasa saja, tetapi dengan twist(s) tersebut malah membuatku jadi penasaran juga. Hingga ke akhir cerita bisa ditutup dengan cukup manis. Cara bertutur penulis terasa mengalir dengan diselipi beberapa perumpamaan dan guyonan yang membuatnya lebih menggigit.

###

OVERALL RATING

★★★☆☆

5 thoughts on “[Review] Cerita Cinta Kota by Dwitasari, dkk.

  1. Waaah. Reviewnya per cerita. Rajin banget. Aku, kalau antologi, cuma ngasih garis besar. Emang reviewer pemalas. Hehe.

    Like

    • Sebenarnya aku bingung mau ngeresensi gimana kalau buat antologi begini. Maunya juga secara garis besar tapi aku nggak tahu mau nulis apa, jadinya ya kuresensi aja satu-satu. Haha. Mumpung cerpennya nggak nyampe puluhan. Kalau udah puluhan, aku nyerah buat review satu-satu. Yang mudah menurutku kalau cerpennya ditulis oleh 1 penulis aja karena semuanya punya ‘taste’ yang sama. Hehe.

      Like

  2. […] saja. Pernah ujung-ujungnya aku review-in satu persatu cerpennya. XD Kayak review-ku di kumcer Cerita Cinta Kota terbitan […]

    Like

  3. Hi, halo. Thanks for the review. I am Mario, one of the writers 🙂

    Liked by 1 person

Leave a reply to Mario Cancel reply